Artinya puasa tidak hanya soal tidak makan dan minum, tapi juga menahan diri dari hal-hal yang bisa membuat hati dan pikiran kita kotor.
Dalam ajaran agama, menjaga hati dan pikiran tetap bersih itu bagian dari ibadah yang bisa bikin kita lebih dekat dengan Tuhan.
Nah, di sinilah puasa hati dan mental jadi penting. Puasa hati itu perihal belajar lebih ikhlas, tidak mudah tersinggung, dan tidak sibuk memikirkan omongan orang.
Intinya, ini tentang mengendalikan emosi, biar hidup lebih tenang dan tidak terbawa drama yang tidak perlu. Bukan berarti kita harus cuek atau nggak peduli, tapi lebih ke bagaimana caranya biar tidak gampang terpengaruh hal negatif.
Daripada buang energi untuk marah atau khawatir berlebihan, lebih baik fokus ke hal-hal yang membuat kita bahagia dan damai.
KITA sering mendengar soal puasa yang berarti menahan lapar dan haus. Tapi ada juga puasa lain yang tidak kalah penting, yakni puasa hati dan mental.
Artinya puasa tidak hanya soal tidak makan dan minum, tapi juga menahan diri dari hal-hal yang bisa membuat hati dan pikiran kita kotor.
Dalam ajaran agama, menjaga hati dan pikiran tetap bersih itu bagian dari ibadah yang bisa bikin kita lebih dekat dengan Tuhan.
Pernah nggak sih, merasa capek sendiri gara-gara terlalu banyak memikirkan hal yang belum tentu kejadian? Atau baper terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak penting-penting banget?
Nah, di sinilah puasa hati dan mental jadi penting. Puasa hati itu perihal belajar lebih ikhlas, tidak mudah tersinggung, dan tidak sibuk memikirkan omongan orang.
Sementara itu, puasa mental mengajarkan kita untuk tidak overthinking atau terlalu stres terhadap hal-hal yang di luar kendali.
Intinya, ini tentang mengendalikan emosi, biar hidup lebih tenang dan tidak terbawa drama yang tidak perlu. Bukan berarti kita harus cuek atau nggak peduli, tapi lebih ke bagaimana caranya biar tidak gampang terpengaruh hal negatif.
Daripada buang energi untuk marah atau khawatir berlebihan, lebih baik fokus ke hal-hal yang membuat kita bahagia dan damai.

Puasa hati dan mental itu intinya menjaga pikiran dan perasaan dari hal-hal negatif yang bisa mengganggu ketenangan batin. Jadi, lebih ke cara kita mengontrol emosi, biar nggak mudah marah, iri, atau cemas. Tujuannya supaya tetap tenang, fokus, dan berpikir positif.
Puasa mental berarti melatih diri supaya nggak gampang kepancing stres atau masalah. Lebih banyak merenung, fokus ke hal-hal yang mendamaikan.
Sementara itu, puasa hati lebih ke menjaga perasaan tetap tulus dan ikhlas, serta menghindari emosi negatif yang bisa merusak hubungan, baik dengan orang lain maupun diri sendiri.
Singkatnya, ini soal bagaimana kita menjaga kedamaian dalam diri, baik dari sisi pikiran maupun perasaan.
Dalam Islam, ada banyak ajaran yang mengingatkan kita untuk menjauhi sifat-sifat buruk seperti iri hati, dengki, sombong, dan dendam. Nabi Muhammad saw bersabda:
”Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Kalau dia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Kalau dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati." (HR. Bukhari & Muslim).
Artinya, kalau hati kita penuh kebencian dan iri, sikap dan tindakan kita juga bisa ikut jelek. Dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 88-89 juga disebutkan “(Yaitu) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."
Puasa hati berarti membersihkan hati dari sifat dengki, iri, sombong, dan penyakit hati lainnya.

Cara mudah untuk puasa hati adalah belajar memaafkan. Iya, memaafkan orang lain itu bukan berarti kita lemah, melainkan justru menunjukkan kalau hati kita lebih kuat.
Kalau kita terus-terusan menyimpan sakit hati, yang rugi justru kita sendiri. Jadi, yuk mulai belajar buat lebih ikhlas dan lapang dada!
Selain hati, mental kita juga butuh "puasa" dari hal-hal yang bisa merusaknya. Misalnya, kebiasaan berpikir negatif, suka ngeluh, atau mudah stres. Dalam Islam, ada konsep husnudzon atau ‘berbaik sangka’.
Bukan berarti kita harus tutup mata sama kenyataan, melainkan lebih ke bagaimana kita menyikapi sesuatu dengan pikiran yang lebih positif. Intinya, kita diajari untuk menjaga pikiran tetap positif supaya hidup lebih damai dan bahagia.
Bagaimana kira-kira cara memulai puasa hati dan mental? Nih, beberapa langkah sederhana yang bisa kita coba.
Pertama, kurangi ghibah (gosip), tiap ingin membicarakan keburukan orang lain, coba tahan dan alihkan ke hal yang lebih bermanfaat. Kedua, jaga lisan, hindari bicara kasar atau menyakiti perasaan orang lain, sebab kata-kata bisa lebih tajam dari pedang.
Ketiga, latih kesabaran, pas lagi kena masalah atau ketemu orang nyebelin, coba tarik napas dulu sebelum bereaksi. Keempat, kurangi konsumsi konten negatif, jangan kebanyakan lihat berita atau media sosial yang bikin hati dan pikiran penuh amarah dan kecemasan.
Kelima, perbanyak zikir dan doa, mengingat Tuhan bisa bikin kita lebih tenang dan tidak gampang terbawa emosi.

Puasa hati dan mental ini memang tidak mudah. Tapi kalau kita coba latih tiap hari, insyaallah hati jadi lebih tenang dan pikiran lebih jernih.
Yuk, mulai sekarang kita belajar sama-sama buat jaga hati dan mental biar lebih sehat, supaya hidup kita lebih damai dan penuh berkah!
Kurangi drama, stop overthinking, dan jalani hidup dengan lebih santai. Karena kadang yang membuat kita capek itu bukan keadaan, melainkan cara kita menghadapinya. (*)
