Kamis, 15 Mei 2025

 

PUASA Ramadan adalah satu fase di mana jiwa, akal, dan fisik melambatkan diri sejenak, setelah melewati perjalanan panjang dan cepat selama sebelas bulan sebelumnya.

Di dalam momentum ini tubuh, akal, dan jiwa kita melakukan relaksasi, seraya mengevaluasi dan berupaya memperbaiki dirinya untuk perjalanan panjang berikutnya.

Maka tidak berlebihan ketika kita menjadikan puasa Ramadan sebagai sarana untuk introspeksi diri, melatih kecerdasan spiritual kita untuk mencapai derajat manusia yang muttaqin.

Hal inilah yang secara eksplisit disebutkan dalam firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat al Baqarah:183: ”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas diri kalian untuk berpuasa, seperti halnya diwajibkan atas ummat sebelum kalian, supaya kalian menjadi hamba yang bertaqwa”.

Kata bertaqwa” (tattaqun) dalam ayat tersebut dijelaskan oleh Imam Alqurthubi, dapat dimaknai sebagai upaya untuk melemahkan (tad’afun).

Hal ini karena ketika kita tidak memasukkan asupan makanan ke dalam tubuh, maka fisik akan terasa lemah, dan saat fisik kita lemah, syahwat kitapun akan melemah.

Pada momentum itulah kita akan cenderung meminimalisir perbuatan maksiat. Upaya perlambatan dan pelemahan fisik ini penting maknanya bagi tubuh dan jiwa kita, setalah sebelas bulan sebelumnya melakukan rutinitas sehari-hari yang nyaris tidak berjeda.

Di saat fisik dan jiwa kita melemah itulah, akan muncul dua kecenderungan yaitu menjadi lunglai tidak berdaya, dan berusaha untuk bangkit dari ketidakberdayaan.

  • 1
  • 2

Komentar

Religi Terkini

Terpopuler