Sebagaimana pesan Imam Ghazali bahwa kesabaran akan membuahkan ketenangan, keselamatan dari kebingungan, kegelisahan, perasaan kesal, dan kesedihan.
Pada akhirnya, menjadikan puasa Ramdhan sebagai momentum untuk mengoptimalkan praktik terapi sabar diharapkan akan menjadi jembatan bagi manusia untuk meraih kemuliaan tertinggi di sisi Allah SWT, karena hanya Dialah yang senantiasa bersamai orang-orang yang sabar. Wallahu a’lam bishshowaab. (*)
PUASA sebagai salah satu media terapi yang bertujuan untuk merawat dan menjaga kualitas jiwa manusia.
Sebagaimana diwajibkannya salat yang bertujuan mencegah dari perbuatan keji dan munkar, syariat puasa juga memiliki tujuan untuk merawat dan menjaga fitrah (kesucian) manusia melalui pembersihan diri dari beragam perbuatan lahir maupun batin yang dapat mengotori dan meracuni jiwa manusia.
Jiwa yang terkontaminasi oleh dosa akan mengalami kemunduran dalam fungsinya untuk menangkap kebenaran dan melakukan kebaikan.
Upaya detoksifikasi (membersihkan racun) jiwa tersebut merupakan kebutuhan yang mutlak harus terpenuhi agar manusia dapat menjalankan tugas mereka sebagai hamba Allah SWT secara lurus dan berkesinambungan sesuai dengan fitrah mereka.
Pemahaman bahwa pembersihan jiwa melalui puasa merupakan kebutuhan manusia untuk menjaga stabilitas fitrah mereka, mengindikasikan bahwa puasa memiliki fungsi sebagai media terapi.
Secara terminology, terapi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan manusia yang sedang sakit, atau juga disebut juga sebagai upaya pengobatan penyakit dan perawatan.
Menurut perspektif medis, kata terapi memiliki sinonim dengan istilah pengobatan, bahkan dalam kamus psikologi, kata terapi merupakan perlakuan dan atau pengobatan yang dilakukan sebagai bentuk penyembuhan dari suatu kondisi patologis (penyakit).
Prof. Dr. Singgih D Gunarsa, seorang pakar psikologi perkembangan sekaligus guru besar psikologi pada Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa terapi merupakan bentuk perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang dengan teknik khusus yang bertujuan untuk membantu individu dalam menyembuhkan penyakit mental maupun mengatasi kesulitan dalam proses penyesuain diri dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan pemahaman atas definisi terapi tersebut, bila dikaitkan dengan kewajiban puasa, maka di balik syariat puasa memiliki tujuaan sekaligus instrument pemenuhan kebutuhan fundamental manusia yakni menjaga dan merawat kesehatan mereka baik secara fisik maupun mental.
Fungsi puasa dalam memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh, memposisikan puasa sebagai salah satu bentuk media terapi yang efektif berperan secara tindakan preventif (pencegahan) maupun kuratif (penyembuhan) bagi kesehatan manusia.
Salah satu bentuk terapi yang terdapat dalam syariat puasa adalah terapi sabar. Sabar, merupakan potensi terbaik yang dimiliki setiap mansia. Namun sayangnya, bersabar tidak semudah mengucapkan kata sabar itu sendiri.
Sering sekali kita mendengar kalimat “kesabaran saya sedang diuji”, “habis sudah kesabaranku”, “dia benar-benar menguji kesabaranku”, dan ungkapan-ungkapan lain yang mengisyaratkan bahwa untuk menjadi sosok yang sabar terasa begitu berat.
Sementara, kesabaran itu sendiri tetap menjadi sistem pertahanan psikologis manusia yang harus terus diupayakan agar stabilitas kehidupan tetap terpenuhi.
Sabar menjadi unsur utama yang membantu individu untuk menjadi lebih tangguh setelah mendapat tempaan atau ujian dalam kehidupan mereka. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas individu melalui pemaknaan pengalaman spiritual di balik capaian kesabaran.
Allah SWT menjanjikan pahala yang begitu besar bagi hamba-hambaNya yang bersabar. Dalam Alquran, kata sabar disebutkan sebanyak 103 kali yang tersebar dalam 45 surat dan terkandung dalam 90 ayat.
Kedudukan sabar begitu istimewa di sisi Allah SWT, sebagaimana dalam salah satu firmanNya “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Q.S. Al Baqarah, 153).

%
Rosulullah Muhammad SAW pun merupakan utusan Allah yang melampaui perjalanan dakwahnya dengan rentetan ujian kesabaran. Kesabaran Rosulullah menghadapi kekejaman orang kafir yang menentang dakwah beliau-lah yang mengantarkan Islam sampai pada puncak kemenangannya.
Akhlak Rosulullah SAW merupakan role model terbaik sepanjang zaman peradaban umat manusia, dan kesabaran merupakan salah satu akhlak yang beliau contohkan untuk diteladani ummatnya.
Sabar merupakan esensi utama dari dinamika pelaksanaan ibadah puasa ramadhan. Imam Al Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin telah menjelaskan, bahwa terdapat empat kesabaran.
Empat kesabaran tersebut yakni sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, sabar dalam menghindari diri dari perbuatan yang sia-sia dan berlebihan dalam keduniawian, serta sabar dalam menghadapi ujian atau musibah.
Pemaknaan puasa sebagai media terapi dapat ditinjau dari terealisasikannya empat bentuk kesabaran tersebut. Itu karena dalam puasa, kita sedang mewujudkan ketaatan kita pada Allah SWT, kita juga berupaya untuk menghindari kemaksiatan, berusaha keras untuk menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia.
Selain itu juga mengendalikan kecintaan dan kenikmatan duniawi serta berupaya untuk bertahan dengan terhadap segala ujian yang dihadapi yang dapat membatalkan atau merusak ibadah puasa.
Keberhasilan kita dalam melewati dan menjalankan ibadah puasa dan segala aktivitas ruhaniah yang mengiringi ibadah puasa dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan hanya mengharap ridho Allah semata, mengindikasikan bahwa kita telah mampu melakukan self therapy (proses penyembuhan fisik maupun mental secara mandiri).
Indikator keberhasilannya terpancar melalui bentuk perilaku lahiriyan baupun batiniah, seperti meningkatnya kemampuan mengendalikan emosi, hadirnya perasaan lebih tenang serta terciptanya hubungan yang lebih damai dan terhindarnya dari konflik dan kerusakan.

%
Sebagaimana pesan Imam Ghazali bahwa kesabaran akan membuahkan ketenangan, keselamatan dari kebingungan, kegelisahan, perasaan kesal, dan kesedihan.
Pada akhirnya, menjadikan puasa Ramdhan sebagai momentum untuk mengoptimalkan praktik terapi sabar diharapkan akan menjadi jembatan bagi manusia untuk meraih kemuliaan tertinggi di sisi Allah SWT, karena hanya Dialah yang senantiasa bersamai orang-orang yang sabar. Wallahu a’lam bishshowaab. (*)
