Rabu, 19 November 2025

KITA memohon kepada Allah subhanahu wata’ala semoga pada puasa bulan Ramadan tahun ini kita mendapat derajat ketakwaan. Semoga kita juga menjadi pribadi yang semakin santun dan bijaksana sebagai buah dari kita berpuasa.

Karena itu, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dengan seksama selama kita berpuasa, yaitu tidak pamrih, menjaga kelembutan lisan, tekun berdoa, memohon ampunan, dan dermawan pada diri sendiri dan orang lain.

Pertama, melatih hati untuk tidak pamrih, sebagaimana sebuah hadis qudsi diriwayatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari Allah : kullu ‘amalibni adama lahu illasshiyamu fainnahu li wa ana ajzi bihi.

Artinya : setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya (H.R. Bukhari).

Allah subhanahu wata’ala mengistimewakan puasa, maka manusia jangan menganggap puasa itu ibadah biasa, sambutlah puasa dengan jiwa bersih dan pasrah semata karena Allah.

Keistimewaan puasa karena bersifat rahasia antara hamba dengan Tuhannya. Tidak selayaknya puasa ditunjuk-tunjukkan kepada orang lain karena puasa itu hanya karena Allah dan Allah sendirilah yang akan membalasnya dengan kemuliaan bagi manusia.

Etikanya, puasa dilaksanakan berdampingan dengan hati yang tulus ikhlas tanpa pamrih dunawi.

Kedua, menjaga kelembutan lisan, sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : man lam yadfa’ qaulazzuri wal ‘amala bihi falaisa lillahi hajatun fi an yadfa’a tha’amahu wa syarabahu.

Artinya : orang yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkannya dalam meninggalkan makan dan minumnya untuk puasa (H.R. Bukhari).

Komentar