Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, Nabi Muhammad mengelompokkan mimpi menjadi tiga, yakni mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah.
Kemudian, mimpi karena bawaan pikiran seseorang ketika tidur, dan mimpi menyedihkan atau mimpi buruk yang datang dari setan.
Dengan begitu, tak semua mimpi dapat dijadikan sebagai petunjuk. Sebab, ada kemungkinan mimpi itu bukan berasal dari petunjuk Allah, melainkan bisikan setan.
Murianews, Kudus – Mimpi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Siapapun pasti pernah bermimpi dalam tidurnya, baik itu mimpi buruk maupun baik.
Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, Nabi Muhammad mengelompokkan mimpi menjadi tiga, yakni mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah.
Kemudian, mimpi karena bawaan pikiran seseorang ketika tidur, dan mimpi menyedihkan atau mimpi buruk yang datang dari setan.
Dalam hadis itu bahkan, Rasulullah memperingatkan agar seseorang yang bermimpi sesuatu yang tak disenangi hendaknya tidak diceritakan pada siapapun dan segera mendirikan salat.
Dengan begitu, tak semua mimpi dapat dijadikan sebagai petunjuk. Sebab, ada kemungkinan mimpi itu bukan berasal dari petunjuk Allah, melainkan bisikan setan.
Melansir dari NU Online, Pengajar Ponpes Annuriyyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember, Jawa Timur Ustaz Ali Zainal Abidin menjelaskan, ada cara untuk membedakan mimpi yang benar-benar petunjuk dari Allah dan bisikan dari setan.
Cara Membedakannya...
Cara membedakannya yakni dengan melihat waktu terjadinya mimpi itu ketika terbangun. Menurutnya, mimpi yang merupakan petunjuk Allah dan dapat ditafsirkan terjadi pada dini hari atau waktu sahur.
Sedangkan, jika mimpi itu terjadi di awal-awal malam atau di saat waktu petang, kemungkinan itu merupakan bisikan dari setan.
Ketentuan ini seperti yang dijelaskan oleh Ibnu al-Jauzi:
وَأَصْدَقُ الرُّؤْيَا: رُؤْيَا الْأَسْحَارِ، فَإِنَّهُ وَقْتُ النُّزُولِ الْإِلَهِيِّ، وَاقْتِرَابِ الرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ، وَسُكُونِ الشَّيَاطِينِ، وَعَكْسُهُ رُؤْيَا الْعَتْمَةِ، عِنْدَ انْتِشَارِ الشَّيَاطِينِ وَالْأَرْوَاحِ الشَّيْطَانِيَّةِ
’’Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya (isyarat) ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang (awal waktu malam)’’ (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76).