Rabu, 19 November 2025

Cara membedakannya yakni dengan melihat waktu terjadinya mimpi itu ketika terbangun. Menurutnya, mimpi yang merupakan petunjuk Allah dan dapat ditafsirkan terjadi pada dini hari atau waktu sahur.

Sedangkan, jika mimpi itu terjadi di awal-awal malam atau di saat waktu petang, kemungkinan itu merupakan bisikan dari setan.

Ketentuan ini seperti yang dijelaskan oleh Ibnu al-Jauzi:

وَأَصْدَقُ الرُّؤْيَا: رُؤْيَا الْأَسْحَارِ، فَإِنَّهُ وَقْتُ النُّزُولِ الْإِلَهِيِّ، وَاقْتِرَابِ الرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ، وَسُكُونِ الشَّيَاطِينِ، وَعَكْسُهُ رُؤْيَا الْعَتْمَةِ، عِنْدَ انْتِشَارِ الشَّيَاطِينِ وَالْأَرْوَاحِ الشَّيْطَانِيَّةِ

’’Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya (isyarat) ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang (awal waktu malam)’’ (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76).

Komentar