Dari pembagian tersebut dosa terbagi menjadi dua yakni dosa yang berhubungan dengan Tuhan, di mana selain dosa Syirik akan di ampuni dosanya.
Selanjutnya adalah dosa yang berhubungan dengan sesama manusia, dalam hal ini Allah SWT akan mengampuni dosa hambanya Ketika sudah dimaafkan oleh sesamanya.
Dalam suasana Ramadan ini, Allah membuka pintu surga dan menutup rapat pintu neraka-Nya. Yang dapat dipahami bahwasanya kita mendapatkan kesempatan meraih surga di bulan Ramadan ini jika kita mengupayakannya.
Di antaranya adalah memperbanyak amal ibadah yang dianjurkan, menjauhi maksiat, serta bertaubat dari dari dosa-dosa yang telah lalu. (*)
BULAN Ramadan merupakan bulan mulia, salah satu nama lainya adalah syahrut taubah atau bulan taubat. Bulan ini memiliki kebaikan-kebaikan serta kesempatan bagi manusia untuk bertaubat dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Sabda Rasulullah SAW tentang hal ini adalah :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ramadan mempunyai posisi penting dalam Islam. Alquran, sebagai panduan umat Islam menekankan tentang kewajiban berpuasa di bulan ini.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 183-187 dijelaskan bahwa puasa sebagai bentuk pengendalian diri dan sarana untuk mencapai ketakwaan.
Selain itu, Ramadan juga dipercaya sebagai bulan di mana Alquran diturunkan, yang menjadikan bulan ini sangat Istimewa untuk memperbaiki diri dan merenungi ajaran-ajaran Allah SWT.
Taubat memiliki makna yang sangat mendalam. Dalam hal ini, Alquran mengajarkan bahwa Allah SWT Maha Pengampun. Dia selalu menerima taubat hamba-Nya yang sungguh-sungguh. Pada Surah Al-Zumar ayat 53, Allah berfirman,
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
”Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Quran Az-Zumar: 53).

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni ketika kita bertaubat dengan tulus. Meskipun Allah tidak memerlukan taubat dari seorang pelaku maksiat, taubat tersebut tetap dicintai-Nya.
Marilah kita, sebagai umat-Nya, sambut seruan Allah untuk bertaubat sebelum terlambat terutama pada bulan Ramadan ini.
Marilah Kita Bertaubat
Taubat merupakan salah satu titik di mana seorang hamba mengakui kesalahan dan dosa yang ia perbuat. Namun, banyak orang yang merasa dosanya terlalu besar, dan mereka beranggapan bahwa taubat mereka tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Sebaliknya ada juga orang yang merasa dosanya mudah terhapus atau dosa yang dilakukan dianggap sebagai dosa kecil, sehingga mereka meremehkan dan tidak kunjung untuk bertaubat.
Ada empat sifat pembangkit dosa dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin yang ditulis oleh Ibnu Qudamah, antara lain:
Sifat rububiyah atau ketuhanan. Seperti sifat sombong, senang dengan sanjungan, membanggakan diri, dan lainya.
Sifat syaithaniyah (kesetanan). Seperti sifat munafik, berdusta, kdengkian dan lainya.
Sifat bahamiyah (kebinatangan). Seperti prilaku zina, kejahatan, hawa nafsu, mencuri dan lainya.
Sifat sabu’iyah (kebuasan). Seperti sifat dengki, prilaku membunuh, amarah menyerang dan lainya.

Dari pembagian tersebut dosa terbagi menjadi dua yakni dosa yang berhubungan dengan Tuhan, di mana selain dosa Syirik akan di ampuni dosanya.
Selanjutnya adalah dosa yang berhubungan dengan sesama manusia, dalam hal ini Allah SWT akan mengampuni dosa hambanya Ketika sudah dimaafkan oleh sesamanya.
Dalam suasana Ramadan ini, Allah membuka pintu surga dan menutup rapat pintu neraka-Nya. Yang dapat dipahami bahwasanya kita mendapatkan kesempatan meraih surga di bulan Ramadan ini jika kita mengupayakannya.
Di antaranya adalah memperbanyak amal ibadah yang dianjurkan, menjauhi maksiat, serta bertaubat dari dari dosa-dosa yang telah lalu. (*)
