Jumat, 28 Maret 2025

Murianews, GroboganKi Ageng Selo merupakan tokoh legendaris yang diyakni mampu menangkap petir yang makamnya berada di Desa Selo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. 

Tokoh yang juga leluhur para Raja Mataram Islam itu memiliki pepali dan wewaler yang dikenal luas masyarakat Grobogan hingga kini.

Pepali merupakan ajaran mengenai beberapa larangan. Sedangkan, wewaler juga merupakan larangan, namun tidak disebutkan secara spesifik seperti pepali tersebut. 

Saking populernya Pepali Ki Ageng Selo, sejumlah kalangan bahkan ada yang mengusulkan tagline “Grobogan Bumi Pepali” menjadi branding Grobogan. 

Pepali Ki Agen Selo tersebut kini juga ditampilkan di salah satu sudut Masjid Ki Ageng Selo di kompleks makamnya. Berikut, bunyi Pepali Ki Ageng Selo: 

Pepali ku ajine mbrekati tur selamet serta kuwarasan pepali iku mangkene: 1. aja agawe angkuh 2. aja ladak lan aja jail 3. aja serakah 4. lan aja celimut 5. lan aja mburu aleman 6. aja ladak wong ladak pan gelis mati 7. lan aja ati ngiwo.”  

Jika diartikan, “Pepali-ku hargailah, (supaya) memberkahi Lagi pula selamat serta sehat Pepali itu seperti berikut: 1. Jangan berbuat angkuh 2. Jangan bengis dan jangan jahil 3. Jangan hati serakah 4. Dan jangan panjang tangan 5. Dan jangan memburu pujian 6. Jangan marah, orang marah lekas mati 7. Dan jangan cenderung ke kiri.” 

Sementara, wewaler yang terkenal di kalangan masyarakat setempat ada dua, yakni terkait larangan menjual nasi di sekitar masjid dan larangan menanam waluh di depan rumah. 

Alkisah, Ki Ageng Selo menerima tamu dari jauh. Istrinya pun menyiapkan masakan. Namun, tamu tersebut ternyata sudah makan di warung sekitar masjid usai pulang salat. Akhirnya, makanan yang dimasak itu pun mubazir. 

Konon, sejak itu Ki Ageng Selo melarang warga menjual nasi di sekitar masjid. Larangan itu hingga kini masih banyak ditaati masyarakat Desa Selo. 

Wewaler kedua bermula ketika Ki Ageng Selo bermain atau momong anak. Saat itu ada orang gila mendekat.

Orang gila itu sudah diusir tidak juga pergi. Akhirnya, Ki Ageng Selo mengejar orang gila itu, namun sialnya Ki Ageng Selo kakinya tersangkut waluh di depan rumah. 

Karena itulah, dia melarang masyarakat menanam waluh di depan rumah. Larangan itu pun masih ditaati masyarakat setempat.

Editor: Supriyadi

Komentar

Terpopuler