Rabu, 19 November 2025

Murianews, GroboganKi Ageng Selo atau Ki Ageng Ngabdurrahman merupakan tokoh legendaris yang dikenal mampu menangkap petir. Makamnya berada di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah terus ramai diziarahi hingga kini.

Menurut penuturan juru kunci Makam Ki Ageng Selo, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rokhim Rekso Hastono atau Abdul Rokhim, Ki Ageng Selo memiliki nama kecil Bagus Songgom. Dia merupakan putra dari Ki Ageng Getas Pendowo yang makamnya kini berada di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Purwodadi. 

Adapun Ki Ageng Getas Pendowo merupakan salah satu putra dari Bondan Kejawan alias Lembu Peteng, putra Prabu Kertabhumi alias Brawijaya V, raja Majapahit. Saat kecil, Bondan Kejawan berguru kepada Ki Ageng Tarub yang makamnya berada di Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo pula. 

Dengan demikian, Ki Ageng Selo yang diketahui merupakan leluhur Raja Mataram Islam masih memiliki trah pemimpin di Kerajaan Majapahit. 

Bagus Songgom-Ki Ageng Selo kecil, hidup sebagai petani biasa yang gemar mencari ilmu apa saja. Dia mempelajari berbagai Ilmu untuk pegangan hidup. 

Pada mulanya masyarakat setempat juga melihatnya sebagai petani biasa. Sampai suatu terjadi sebuah peristiwa di mana Ki Ageng Selo bisa menangkap petir. 

”Peristiwa menangkap petir itu jadi awal sumorote (tampak kesaktiannya) Ki Ageng Selo. Itu atas kehendak Allah SWT,” ungkap juru kunci. 

KRT Rokhim menerangkan, peristiwa itu terjadi saat Pati Unus meninggal. Yakni sekitar tahun 1521 masehi. Ketika itu, Ki Ageng Selo masih berusia sekitar 20-an. 

”Umurnya masih dua puluhan. Katakanlah, 25 tahun ke atas kan masih dua puluhan. Karena waktu itu petani, tidak ada catatannya tersendiri,” imbuh dia. 

Diungkapkan KRT Rokrim, Ki Ageng Selo saat masih muda sama seperti para pemuda pada umumnya. Meski memiliki kecerdasan, namun emosinya masih belum stabil. 

Suatu hari, saat petir menyambar-nyambar, ia melawannya. Begitu menyambar, Ki Ageng Selo diceritakan kemudian menangkap petir itu. Saat ditangkap, petir itu berubah-ubah bentuk wujudnya menjadi berbagai macam makhluk.

”Makhluk-makhluk tadi, waktu ditangkap berubah-ubah. Bisa kakek tua renta, bisa hewan, dan lain-lain,” cerita dia. 

Ia pun kemudian membawa pulang petir itu. Saat dibawa pulang, Ki Ageng Selo diprotes para kerabat dan tetangganya. Sebab, suara petir yang dibawanya sangat mengganggu. Makhluk itu kemudian diikat di pohon gandrik agar tidak lepas. 

”Saat makhluk itu diikat di pohon Gandrik, datang Saat Sunan Kalijaga. makhluk itu memberontak. Sunan Kalijaga usul agar makhluk itu dibawa ke Demak dengan berharapan Demak tidak ada prahoro (bencana), terutama masjidnya. Karena ke maha guru, ya manut saja,” ujar KRT Rokhim.

Sawah tempat Ki Ageng Selo diyakni menangkap petir itu kemudian dinamakan sawah mendung. Lokasinya sekitar 300 meter dari tempat makam Ki Ageng Selo saat ini. 

Editor: Supriyadi

Komentar