Selawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya. Lebih dari itu, puasa adalah bentuk jihad, perjuangan melawan hawa nafsu yang sering kali menjadi penghalang kita dalam meraih ketakwaan kepada Allah SWT.
Dari hadits ini, bisa kita pahami bahwa jihad tidak selalu identik dengan peperangan fisik, tetapi juga mencakup perjuangan spiritual dan pengendalian diri.
Dalam sebuah riwayat, setelah pulang dari perang Badar, Rasulullah berkata pada para sahabatnya:
رَجَعْتُمْمِنَاْلجِهَادِاْلأَصْغَرِإِلَىالجِهَادِالأَكْبَرِفَقِيْلَوَمَاجِهَادُالأَكْبَريَارَسُوْلَاللهِ؟فَقَالَجِهَادُالنَّفْسِ
Artinya: “Kalian telah pulang dari sebuah peperangan kecil menuju peperangan akbar. Lalu sahabat bertanya, ‘Apakah peperangan akbar (yang lebih besar), itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "jihad (memerangi) hawa nafsu.”
ALHAMDULILLAH, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga kita masih diberi kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan ini.
Selawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya. Lebih dari itu, puasa adalah bentuk jihad, perjuangan melawan hawa nafsu yang sering kali menjadi penghalang kita dalam meraih ketakwaan kepada Allah SWT.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda: "Mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya sendiri di jalan Allah."
Dari hadits ini, bisa kita pahami bahwa jihad tidak selalu identik dengan peperangan fisik, tetapi juga mencakup perjuangan spiritual dan pengendalian diri.
Bahkan rasulullah menyebut perang melawan hawa nafsu dengan sebutan jihad akbar (jihad terbesar), lebih dahsyat ketimbang perang fisik yang beliau istilahkan sebagai jihad ashghar (jihad kecil).
Dalam sebuah riwayat, setelah pulang dari perang Badar, Rasulullah berkata pada para sahabatnya:
رَجَعْتُمْمِنَاْلجِهَادِاْلأَصْغَرِإِلَىالجِهَادِالأَكْبَرِفَقِيْلَوَمَاجِهَادُالأَكْبَريَارَسُوْلَاللهِ؟فَقَالَجِهَادُالنَّفْسِ
Artinya: “Kalian telah pulang dari sebuah peperangan kecil menuju peperangan akbar. Lalu sahabat bertanya, ‘Apakah peperangan akbar (yang lebih besar), itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "jihad (memerangi) hawa nafsu.”

Jihad Melawan Hawa Nafsu
Saat berpuasa, kita belajar menahan diri dari godaan duniawi. Kita melatih diri untuk tidak mudah marah, juga menahan lisan dari perkataan yang sia-sia atau menyakitkan.
Semua ini adalah bentuk jihad yang sangat berat, tetapi jika dilakukan dengan ikhlas, maka akan membawa kita kepada derajat ketakwaan yang tinggi.
Allah SWT berfirman dalam Alquran dalam QS. Al-Baqarah: 183, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.".
Nafsu harus dikendalikan sesuai sabda Rasulullah “Mukmin yang paling utama keislamannya adalah umat Islam yang selamat dari keburukan lisan dan tangannya.
Mukmin paling utama keimanannya adalah yang paling baik perilakunya. Muhajirin paling utama adalah orang yang meninggalkan larangan Allah. Jihad paling utama adalah jihad melawan nafsu sendiri karena Allah”,(HR, Sunan Tirmidzi).
Ibadah puasa adalah salah satu cara mengendalikan dan melawan nafsu. Ibadah puasa membentuk karakter nafsu mutmainnah, nafsu yang diberi petunjuk yang berfungsi menstimulus berbuat kebaikan, rajin beribadah, istiqamah menjalankan perintah Allah.
Ibadah puasa mendidik nafsu manusia agar tidak serakah. Orang yang berpuasa akan menjaga perkataan, perbuatan dan sikap yang taat kepada Allah dan memelihara hubungan sesama manusia dengan baik.
Berpuasa adalah wujud mengendalikan diri dari nafsu makan dengan cara menahan diri dari makan dan minum sesuai waktu yang ditentukan. Nafsu manusia bersifat dinamis, dan ibadah puasa menjadi sarana mengatur, mengendalikan dan melawan nafsu.

Jihad dalam Meningkatkan Ibadah
Puasa juga mendorong kita untuk meningkatkan ibadah lainnya, seperti shalat, tilawah Alquran, berzikir, dan bersedekah. Ini adalah bentuk jihad melawan kemalasan dan ketidakpedulian terhadap akhirat.
Ramadan mengajarkan kita bahwa hidup ini bukan hanya tentang mengejar dunia, tetapi juga berjuang untuk kebahagiaan di akhirat.
Jihad dalam Menjaga Kesabaran dan Keikhlasan
Puasa mengajarkan kita arti kesabaran. Saat kita lapar dan haus, kita tetap bersabar dan tidak mengeluh. Kita juga berlatih ikhlas dalam beribadah, karena puasa adalah ibadah yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, tetapi hanya diketahui oleh kita dan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits qudsi: "Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Akhirnya, marilah kita jadikan Ramadan ini sebagai momentum untuk berjihad melawan hawa nafsu, meningkatkan ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga puasa kita diterima dan menjadi wasilah untuk meraih ridha-Nya. wallahu a’lam. (*)
