Jumat, 21 November 2025

Bahkan dalam riwayat dijelaskan ia mengkritik keras pemimpin dan orang kaya yang menimbun harta. Abu Dzar juga mengingatkan adanya firman Allah SWT. dalam Al Quran surat At Taubah 34-35:

”Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (34) “(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu,” (35)

Atas dasar inilah mengapa Abu Dzar menganjurkan untuk tidak menimbun harta. Sebaliknya, membagikan harta yang dimiliki kepada yang membutuhkan, dan menjadikannya sebagai media perjuangan di jalan Allah SWT.

Ketiga, berani mendakwahkan bahaya kemewahan. Abu Dzar secara tegas menyampaikan firman Allah SWT tentang bahaya kemewahan. Sebagai sahabat Rasulullah SAW yang diberi gelar al Mashduq, Abu Dzar tidak menutupi apapun dalam mendakwahkan tentang bahaya kemewahan.

Kritik yang ditujukan bagi para pemimpin dan orang kaya yang menimbun harta adalah wujud nyata dakwah yang dilakukan oleh Abu Dzar. Selain melalui lisan, ia juga memberikan contoh dengan hidup sederhana. Tak sedikitpun terbesit olehnya untuk menimbun harta dan kekayaan.

Keempat, tidak terlalu mencintai dunia dan menjadikan akhirat sebagai keutamaan. Penolakan halus Abu Dzar atas pemberian 300 dirham oleh Khalifah Utsman bin Afan dengan mengatakan Allah telah mencukupkannya dengan roti dan gandum sehari-hari merupakan bukti bahwa ia tidak terlalu mencintai dunia.

Sebaliknya, sikap qonaah dan merasa Allah telah mencukupkan Abu Dzar memberikan pelajaran bahwa kecintaan kepada Allah ia tunjukan dengan rasa cukup dan syukur. Seakan ia ingin mengatakan bahwa Allah menjadi tujuan bagi dirinya, bukan kesenangan dunia.

Kelima, konsistensi dalam menjalani prinsip hidup sederhana. Abu Dzar wafat dalam hidup yang sederhana. Rasulullah SAW. pernah berkata kepada Abu Dzar saat Perang Tabuk bahwa ia hidup sendirian, dan meninggal dalam kesendirian.

Namun, akan datang orang shalih dari Irak yang mengurus pemakamannya. Kesederhanaan Abu Dzar menjadi tauladan penting bagi kita, hingga pada akhir hayatnya, ia tetap teguh dalam kesederhanaan.

Para pembaca yang dirahmati Allah, lima poin di atas tidaklah cukup untuk menggambarkan betapa kesederhanaan Abu Dzar begitu membawanya menjadi seorang yang mulia, masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Abu Dzar.

Komentar

Terpopuler