Jumat, 21 November 2025

Kesederhanaan telah menjadi jalan hidup Abu Dzar. Ia wafat di Rabadzah pada tahun 32 H. Abu Dzar merupakan sosok yang jujur dan sederhana.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW. Bersabda: “Tidak ada di atas bumi dan di bawah naungan langit orang yang lebih jujur daripada Abu Dzar.”

Ia wafat dalam konsistensi hidup dengan kesederhanaan. Kesederhanaan bukan hanya ia jalani selama masih hidup, tetapi juga hingga akhir hayat.

Kisah Abu Dzar di atas tentu menjadi inspirasi dan tauladan bagi kita. Meski kita bukanlah Abu Dzar yang bergelar al Mashduq. Kita hanya hamba Allah yang senantiasa mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Salah satu langkah yang bisa diambil adalah mencontoh Abu Dzar. Kesederhanaan yang diimplementasikan oleh Abu Dzar memberikan pelajaran penting. Pertama, kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati, sedangkan kemiskinan yang sebenarnya adalah kemiskinan hati.

Abu Dzar menjadikan hati sebagai indikator kekayaan seseorang. Ini tidak terlepas dari hadis Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

”Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian” (HR. Muslim no. 2564).

Hati menjadi fokus penting dari sebuah kesederhanaan. Bahkan niat seseorang pun terletak dalam hati, sehingga aktivitas apapun yang dilakukan olehnya akan dinilai oleh Allah SWT. dari hati orang tersebut.

Kedua, berbagi kepada sesama lebih utama daripada menimbun harta. Abu Dzar tidak berkeinginan untuk menimbun harta. Jika ia mau, tentu ia mampu menjadi seorang yang punya banyak harta dan hidup serba kecukupan.

Apalagi ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam, sehingga legitimasi dan akses terhadap kekuasaan sangat mungkin ia peroleh. Namun, itu semua tidak dilakukan olehnya.

Komentar

Terpopuler