Rabu, 19 November 2025

Taklif untuk berpuasa menyimpan suatu rahasia besar dalam ilmu kesehatan. Perintah puasa yang terdapat pada QS Al-Baqarah ayat 183, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Ayat tersebut adalah bertujuan agar menjadi seorang yang takwa.  Takwa yang pada dasarnya mempunyai makna dan maksud menghindar dari siksa Allah di dunia dan di akhirat, tetapi juga dapat dijadikan indikasi orang yang sehat jasmani dan ruhani.

Siksa Allah di dunia, adalah akibat dari pelanggaran terhadap hukum-hukum alam. Hukum alam antara lain membuktikan bahwa makanan yang kotor mengakibatkan penyakit.

Seorang yang makan makanan kotor pada hakikatnya melanggar perintah Tuhan, sehingga penyakit merupakan siksaNya di dunia yang harus dihindari oleh orang yang bertakwa.

Dari sini, kemudian dipahami kenapa Islam memerintahkan agar berobat pada saat ditimpa penyakit. Berobat merupakan bagian dari melaksanakan perintah Allah menuju pada ketakwaan.

Sehingga berobat atas derita sakit dengan berpuasan, karena menjaga kesehatan dapat dengan cara berpuasa.

Pada umumnya ada dua pendapat terhadap pengaruh puasa pada kondisi fisiknya. Ada yang berpendapat merasa lemas, kekuatannya berkurang dan dengan sendirinya lebih senang kalau tidak ada bulan Ramadan. Ada juga yang merasa menjadi lebih fit, lebih ringan, secara umum lebih sehat dan dengan sendirinya merasakan bulan puasa sebagai suatu kesempatan.

Untuk menilai dari keduanya yang lebih benar adalah: jadwal sahur jam 3 dimana sistem pencernaan bekerja menghaluskan, mencerna dan menyerap masuk ke dalam darah sampai terkahir kurang lebih jam 11. 30 dan berbuka jam 18.00 sehingga antara jam 11.30 sampai 18.00 (6 jam lebih) tidak ada beban baru berupa makanan yang masuk.

Berarti alat-alat pencernaan sempat istirahat selama enam jam lebih. Baru kemudian bekerja lagi membereskan makanan berbuka sampai kurang lebih jam 01.30. Dengan demikian, selama puasa Ramadan, sistem pencernaan mendapat istirahat enam jam lebih selama sebulan penuh.

Mengingat selama 11 bulan di luar Ramadan, sistem pencernaan telah dibebani pekerjaan bertumpuk dan tanpa istirahat, maka istirahat 6 jam lebih setiap hari selama satu bulan sangat relevan dengan sunnatullah, mesin atau alat apa pun juga, demi kesehatan dan kekuatan mesin tersebut maka tidak boleh dipekerjakan secara terus menerus, harus ada waktu khusus untuk istirahat secara periodik.

Dengan demikian, jika tidak ada puasa Ramadan maka berarti selama berpuluh-puluh tahun tidak diberikan kesempatan istirahat kepada mesin pencernaan, bahkan sering diberi beban berlebihan.

Komentar

Terpopuler