Tampaknya jawaban yang paling tepat dapat dilihat dari banyak aspek yang beliau lakukan, baik yang berkaitan dengan ketaatan melaksanakan perintah-perintah Allah SWT maupun aktivitas fisik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu:
Selalu menjaga kebersihan lahiriah seperti pakaian, makanan, minuman, tempat ibadah dan juga kebersihan batiniahnya.
Ukuran kekenyangan: benda padat, cair dan gas.
Kesehatan sendiri merupakan mahkota bagi kehidupan manusia yang harus selalu dijaga dan dilestarikan. Melepaskan mahkota kesehatan berarti menjerumuskan hidupnya pada kehancuran.
Memelihara dan mengamalkan dengan baik terhadap nilai-nilai kesehatan dalam ajaran Islam merupakan obat mujarab yang tiada duanya. Salah satu cara membina kesehatan fisik melalui tuntunan syar’i adalah kewajiban berpuasa.
Perintah puasa selama sebulan, yaitu pada bulan Ramadan dalam setiap tahunnya untuk kesehatan jasmani dan rohani.
Allah mewajibkan puasa dengan berbagai hikmah dan keutamaan, khususnya untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang mengancam hidup seseorang dalam jangka waktu singkat sehingga puasa berkualitas akan menyehatkan manusia.
Selain itu, kesehatan fisiologis, psikologis, sosial, rohani akan terjaga dengan derajat ketenangan yang dirasakan.
MARHABAN ya Ramadan dan selamat menjalankan ibadah puasa berkualitas dengan penuh Bahagia dan bangga bagi semua umat Islam di seluruh dunia.
Manusia memiliki keinginan bahagia dunia akherat, berbagai upaya dilakukan dengan memiliki kesehatan (fisik, psikis, sosial, rohani) secara Islami. Hal tersebut dapat dicapai ketika ada keyakinan dalam diri manusia bahwa Maha Kuasa yang mengatur dan menentukan manusia.
Semua yang dibolehkan (halal) memberikan manfaat kesehatan bagi manusia dan semua yang dilarang (haram) akan berdampak negatif (merugikan manusia: penyakit, perilaku menyimpang, malas beribadah, malas beramal sholeh, dan lain-lain).
Kebahagian sejati hanya muncul dari kepercayaan yang benar kepada Allah Sang Maha Pencipta yang dapat dilakukan oleh orang beriman dan beragama Islam dengan berpedoman pada kitab suci Alquran.
Islam mengajarkan berbagai konsep dalam pengaturan makanan. Islam telah memberikan konsep boleh dimakan (halal) dan bermanfaat (thayyib) dan mencegah manusia dari makan yang dilarang (haram) yang membahayakan kesehatan manusia.
Selain itu, Islam juga melarang kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat atau kurang baik ketika makan (dalam memenuhi kebutuhan fisik), misalnya: makan dan minum sambil berdiri. Islam memandang makanan yang dikonsumsi manusia dapat mempengaruhi perilakunya.
Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan fisik perlu diperhatikan halal dan thayyib agar kesehatan fisik terjaga, berperilaku yang tidak merugikan sosial, serta terasa ringan dalam beribadah (memenuhi kebutuhan rohani).
Selain itu untuk menjaga ukhuwah islamiyah dalam menghadapi hidup serta menderita berbagai penyakit dan perilaku yang menyimpang (baik psikis/kecemasan yang berlebihan, sosial/inferior vs superior, maupun spritualnya/munculnya keraguan).
Membaca riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, sepanjang hayatnya beliau hanya menderita sakit dua kali (yakni satu kali pusing dan satu kali demam), padahal sangat banyak beban masalah dan persoalan yang beliau pikirkan.
Tidak pernah ditemukan seorang pemimpin dunia yang paling sehat jasmani dan rohani sebagaimana yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. Rahasia apa yang bisa diambil dari sejarah hidup beliau?

Tampaknya jawaban yang paling tepat dapat dilihat dari banyak aspek yang beliau lakukan, baik yang berkaitan dengan ketaatan melaksanakan perintah-perintah Allah SWT maupun aktivitas fisik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu:
- Membiasakan diri bangun sebelum terbit fajar.
Selalu menjaga kebersihan lahiriah seperti pakaian, makanan, minuman, tempat ibadah dan juga kebersihan batiniahnya.
- Mengatur cara makan dan minum.
Ukuran kekenyangan: benda padat, cair dan gas.
- Tidak pernah emosi karena memiliki sikap pemaaf.
- Memperkuat hubungan dengan Allah dan mengharmoniskan hubungan dengan sesama manusia bahkan dengan makhluk lainnya.
- Menyeimbangkan kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual menjadi keteladanan bagi umat Islam dalam beribadah dan bermuamalah. Kualitas manusia diukur dengan tingkat kecerdasan dan ketinggian budi pekertinya, perjalanan hidupnya akan menentukan corak dan tingkat kecerdasan serta kepribadiannya, termasuk pilihan untuk menjaga kesehatan lahir batin dengan melaksanakan rukun Islam, di antaranya puasa berkualitas di bulan Ramadan saat ini.
Kesehatan sendiri merupakan mahkota bagi kehidupan manusia yang harus selalu dijaga dan dilestarikan. Melepaskan mahkota kesehatan berarti menjerumuskan hidupnya pada kehancuran.
Memelihara dan mengamalkan dengan baik terhadap nilai-nilai kesehatan dalam ajaran Islam merupakan obat mujarab yang tiada duanya. Salah satu cara membina kesehatan fisik melalui tuntunan syar’i adalah kewajiban berpuasa.
Perintah puasa selama sebulan, yaitu pada bulan Ramadan dalam setiap tahunnya untuk kesehatan jasmani dan rohani.
Allah mewajibkan puasa dengan berbagai hikmah dan keutamaan, khususnya untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang mengancam hidup seseorang dalam jangka waktu singkat sehingga puasa berkualitas akan menyehatkan manusia.
Selain itu, kesehatan fisiologis, psikologis, sosial, rohani akan terjaga dengan derajat ketenangan yang dirasakan.

Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya, tulis H. Carl Witherington. Para ahli psikiatri mengakui bahwa setiap setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan untuk melangsungkan proses kehidupan yang secara lancar.
Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dihadapinya.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri ini akan mengembalikan ke kondisi semula, hingga proses kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya, meskipun ada rintangan atau hambatan dalam menjalani kehidupan, bahkan sangat mungkin terjadi ketidaknormalan.
Sehingga perlu pemahaman yang tepat untuk membantu kondisi manusia secara utuh dan derajat normal yang sempurna.
Jika keluhan secara fisik maka perlu pendekatan konseling medis, kondisi psikis yang tidak seimbang bahkan mengganggu interaksi sosial maka penanganannya oleh psikolog-konselor-psikiater, sedangkan keraguan terhadap keyakinan beragama dibutuhakan siraman rohani oleh para alim (individu yang paham agama).
Pembangunan masyarakat Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seutuhnya.
Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya manusia untuk menjawab tantangan zaman dengan senantiasa meningkatkan kualitas hidup dengan melaksanakan rukun Islam yakni puasa Ramadan yang berkualitas.
Puasa Ramadan sendiri adalah amalan ibadah di dalam bulan Ramadan selama sebulan penuh, dilaksanakan dengan sengaja, niat karena Allah, menahan makan, minum, bersetubuh, nafsu amarah, kata-kata keji dan kotor, menahan dari melakukan maksiat, dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.
Dimana waktu yang dibutuhkan kurang lebih 14 jam setiap hari selama sebulan penuh, sudah pasti mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik manusia. Sehingga yakinlah umat Islam bahwa apapun yang diperintahkan oleh Allah dalam rukun Islam akan membawa kebaikan, kesehatan, kebahagiaan dunia akhirat.
Sabda Rasulullah Saw: ”Islam didirikan atas lima perkara: Bersyahadat bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji, dan berpuasa pada bulan Ramadan,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Taklif untuk berpuasa menyimpan suatu rahasia besar dalam ilmu kesehatan. Perintah puasa yang terdapat pada QS Al-Baqarah ayat 183, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Ayat tersebut adalah bertujuan agar menjadi seorang yang takwa. Takwa yang pada dasarnya mempunyai makna dan maksud menghindar dari siksa Allah di dunia dan di akhirat, tetapi juga dapat dijadikan indikasi orang yang sehat jasmani dan ruhani.
Siksa Allah di dunia, adalah akibat dari pelanggaran terhadap hukum-hukum alam. Hukum alam antara lain membuktikan bahwa makanan yang kotor mengakibatkan penyakit.
Seorang yang makan makanan kotor pada hakikatnya melanggar perintah Tuhan, sehingga penyakit merupakan siksaNya di dunia yang harus dihindari oleh orang yang bertakwa.
Dari sini, kemudian dipahami kenapa Islam memerintahkan agar berobat pada saat ditimpa penyakit. Berobat merupakan bagian dari melaksanakan perintah Allah menuju pada ketakwaan.
Sehingga berobat atas derita sakit dengan berpuasan, karena menjaga kesehatan dapat dengan cara berpuasa.
Pada umumnya ada dua pendapat terhadap pengaruh puasa pada kondisi fisiknya. Ada yang berpendapat merasa lemas, kekuatannya berkurang dan dengan sendirinya lebih senang kalau tidak ada bulan Ramadan. Ada juga yang merasa menjadi lebih fit, lebih ringan, secara umum lebih sehat dan dengan sendirinya merasakan bulan puasa sebagai suatu kesempatan.
Untuk menilai dari keduanya yang lebih benar adalah: jadwal sahur jam 3 dimana sistem pencernaan bekerja menghaluskan, mencerna dan menyerap masuk ke dalam darah sampai terkahir kurang lebih jam 11. 30 dan berbuka jam 18.00 sehingga antara jam 11.30 sampai 18.00 (6 jam lebih) tidak ada beban baru berupa makanan yang masuk.
Berarti alat-alat pencernaan sempat istirahat selama enam jam lebih. Baru kemudian bekerja lagi membereskan makanan berbuka sampai kurang lebih jam 01.30. Dengan demikian, selama puasa Ramadan, sistem pencernaan mendapat istirahat enam jam lebih selama sebulan penuh.
Mengingat selama 11 bulan di luar Ramadan, sistem pencernaan telah dibebani pekerjaan bertumpuk dan tanpa istirahat, maka istirahat 6 jam lebih setiap hari selama satu bulan sangat relevan dengan sunnatullah, mesin atau alat apa pun juga, demi kesehatan dan kekuatan mesin tersebut maka tidak boleh dipekerjakan secara terus menerus, harus ada waktu khusus untuk istirahat secara periodik.
Dengan demikian, jika tidak ada puasa Ramadan maka berarti selama berpuluh-puluh tahun tidak diberikan kesempatan istirahat kepada mesin pencernaan, bahkan sering diberi beban berlebihan.

Adapun tentang masalah kebutuhan energi praktis tidak masalah karena manusia mempunyai cadangan energi (misalnya di lever, otot, dan lemak bawah kulit). Justru dengan puasa Ramadan menjadi kesempatan untuk mobilitas cadangan energi agar tidak terlalu banyak tertimbun yang akan menjadi beban dan menyakitkan tubuh serta mengundang berbagai penyakit.
Pemahaman tersebut seyogyanya bisa menyadarkan jiwa manusia yang berpuasa untuk mensugesti diri bahwa dengan puasa pencernaan dapat beristirahat dan tetap beraktivitas seperti biasa dengan cadangan energi yang sudah ada di dalam tubuh selama sebelas bulan.
Menurut teori kesehatan tubuh, puasa termasuk terapi untuk membersihkan racun dalam tubuh, menghilangkan kelebihan lemak yang membahayakan, dan menetralisasi makanan yang tidak menyehatkan.
Bahwa tubuh tidak hanya dipenuhi makanan saja, melainkan juga oleh berbagai zat kimia yang bisa merusak stamina tubuh. Penyakit tubuh tidak hanya disebabkan karena kurang makanan, tetapi juga karena kelebihan makanan.
Puasa termasuk salah satu terapi kebugaran dengan menumbuhkan sel-sel tubuh yang baru dan juga sebagai unsur menyehatkan yang dapat menguatkan tubuh dan akal pikiran dengan pengaruh yang luar biasa.
Maka keistimewaan puasa menurut kesehatan adalah membersihkan dan mencuci sel-sel tubuh. Puasa berfungsi mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan menyaring berbagai kotoran yang masuk ke dalam tubuh.
Puasa di bulan Ramadan dan makan sekadarnya saja di luar bulan Ramadan merupakan langkah sehat yang mutlak harus dibiasakan. Dan perlu diketahui bahwa sumber segala penyakit adalah syahwat perut.
Dan karena syahwat perut itulah yang menimpa Adam sehingga dikeluarkan dari surga. Syahwat perut pula yang menyebabkan seseorang terlalu mencintai dan mencari keduniaan.
Lapar dapat mendatangkan kelembutan dan mengalahkan syahwat serta menolak kejahatan dan kesombongan. Dan di antara hikmah lapar adalah tidak melupakan bencana dan orang yang ditimpanya tidak melupakan siksaan dan mengalahkan syahwat lainnya.
Dengan lapar, nafsu dan setan dapat dikuasai, sehingga keduanya dapat ditundukkan. Lapar dapat melanggengkan keterjagaan dan menolak tidur sehingga sehingga sebagian besar waktunya dapat digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT dan tidak dihabiskan dengan terlalu banyak tidur.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara medis, banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh:
Kesempatan organ pencernaan untuk beristirahat, sistem syaraf juga beristirahat sekaligus menormalkan sistem metabolisme tubuh.
Menurunkan kadar gula darah, kolesterol jahat, serta tekanan darah yang selama ini mungkin berlebihan karena pola makan yang kurang sehat.
Saat yang tepat untuk menurunkan berat badan.
Diet dengan puasa bulan Ramadan tidak mengakibatkan kekurangan gizi karena tidak ada batasan dalam hal jenis makanan dan jumlah makanan.
Salat tarawih yang biasa dilakukan selama bulan Ramadan juga membantu metabolisme makanan yang baru dimakan saat berbuka puasa. Sekitar 200 kalori akan terbakar jika melakukan salat tarawih.
Latihan disiplin diri.
Mengharuskan mengendalikan hawa nafsu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Maka tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk tidak melaksanakan puasa karena banyak manfaat secara fisik, besar harapan fisik yang sehat akan mempengaruhi kesehatan jiwa dan rohani. Oleh karenanya melalui puasa berkualitas maka umat Islam akan mendapatkan kesehatan yang sempurna.
Sehingga lebih baik melaksanakan puasa berkualitas di bulan Ramadan sebelum datangnya penyakit karena timbunan cadangan makanan selama sebelas bulan, maupun tumpukan kecemasan dan kompetisi yang kompetitif maupun kesibukan duniawi di selain bulan Ramadan. Salam Sehat dan Bahagia dengan puasa berkualitas semua umat Islam. (*)
