Ramadan 2024
Ki Ageng Selo, Penyebar Islam Berjuluk Penangkap Petir (4/4)
Saiful Anwar
Kamis, 4 April 2024 09:37:00
Murianews, Grobogan – Sebagai salah satu penyebar agama Islam, Ki Ageng Selo juga memiliki peninggalan masjid. Namun sayangnya, masjid asli yang dibangunnya dulu telah diratakan dengan tanah pada masa kolonial, sekitar tahun 1700-an.
Masjid yang kini berdiri di kompleks makam Ki Ageng Selo merupakan bangunan era Pakubuwono VI atau sekitar tahun 1830-an. Kemudian disempurnakan pada masa Pakubuwono X atau sekitar 1930-an.
Diceritakan Juru Kunci Makam Ki Ageng Selo, Abdul Rokhim, dulunya Ki Ageng Selo merupakan seorang petani yang gemar mengumpulkan keluarga untuk saling berbagi ilmu di padepokan yang juga rumahnya.
Di padepokan itu pula, lanjut juru kunci, Sunan Kalijaga memberikan wejangan-wejangan kepada Ki Ageng Selo.
”Ki Ageng Selo seorang petani, terus senang mengumpulkan saudara-saudaranya. Karena apa, di situlah untuk mencari ilmu, mencari kehidupan ke depan, perlu musyawarah. Ki Ageng Selo, setelah bertani, senang mencari ilmu untuk dipecahkan bersama. Sampai Sunan Kalijaga sering memberi wejangan kepada Ki Ageng Selo maupun leluhur-leluhur,” ujar Rokhim dalam penuturannya di podcast YouTube Badiatul Muchlisin Asti.
Meski begitu, dalam perjalanannya, padepokan itu ditinggalkan sepeninggal Ki Ageng Selo. Karenanya, banyak barang-barang peninggalan Ki Ageng Selo dibawa ke Mataram Islam. Kompleks Makam Ki Ageng Selo mendapat kemulyaan lagi pada era Amangkurat.
Namun, kompleks makam itu kemudian dibakar hingga rata dengan tanah oleh VOC. Hal itu menyusul adanya disintegrasi
”Tempat padepokan, tempat pasujudan, semua dibakar. Kalau dulu, namanya tempat sujud, sekarang kan masjid. Diratakan, itu tahun 1700-an,” paparnya.
Kemudian, dalam perjalanan berikutnya, usai Perjanjian Giyanti, kompleks makam tersebut menjadi milik Kasunanan Surakarta.
”Ada Perjanjian Giyanti, pecahnya Jogja dan Surakarta, di sini milik Kasunanan (Sukararta). Terus generasi-generasi Kasunanan, PB (Pakubuwono) VI membikin masjid dan dilengkapi PB X. Sampai saat ini, simbol-simbol PB X yang ada di sini. Yang terakhir saat ini, eranya PB X, tahun 1930,” kata dia.
Masjid itu sendiri hingga kini masih tampak kokoh meski semua kerangkanya dibuat dari kayu. Ada banyak tiang baik di dalam masjid maupun di bagian serambinya. Masjid itu pun kini menjadi tempat beristirahat dan berbagai aktivitas usai berziarah di Makam Ki Ageng Selo.
Editor: Supriyadi




