RAMADAN adalah bulan dengan limpahan karunia Allah SWT, karena bulan ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki bulan-bulan yang lain. Antara lain, Allah SWT memilih bulan Ramadan sebagai bulan turunnya Alquran, kitab suci yang menjadi pedoman hidup umat Islam untuk memecahkan persoalan-persoalan yang timbul sehari-hari.
Allah SWT telah memilih bulan Ramadan sebagai bulan penyucian umat Islam. Umat Islam dididik untuk menyucikan batin dan mental sehingga diharapkan muncul perbuatan terpuji.
Rasulullah SAW bersabda: ”Tiap-tiap sesuatu ada zakatnya (pembersihnya). Zakat tubuh adalah puasa, dan puasa itu separuh dari kesabaran oleh karena itu melalui ibadah puasa kita berusaha membersihkan batin kita dari kotoran-kotoran dunia”.
Ramadan dipilih sebagai bulan ibadah karena banyak amalan ibadah yang dianjurkan dilaksanakan di bulan ini. Allah SWT menjanjikan pahala berlipat ganda bagi umat Islam yang menjalankan puasa dengan baik. Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu. Tentunya inilah yang mendorong umat Islam menunjukkan kegairahannya dalam menghadapi bulan Ramadan.
Di dalam Alquran karim disebutkan bahwa ada 13 kata siyam yakni di Al Baqarah ayat 183, 187, 196; An Nissa 92; Al Maidah 89, 95; dan Al Mujadalah 4. Sedangkan kata soimin soimat disebutkan dalam QS Al Ahyat 35.
Selanjutnya juga disebutkan dalam Al Quran kata tasumu pada QS Al Baqarah ayat 184. Di samping itu juga disebutkan kata falyasum dalam QS Al Baqoroh 185 yang kesemuanya itu mengandung arti menahan makan, minum, berhubungan suami istri di siang Ramadan.
Ada satu perbedaan yang ada di dalam Alquran. Kata sauman yang artinya bukan menahan makan dan minum. Akan tetapi, sauman di sini adalah pengertiannya tidak bicara.
Seperti yang disebutkan dalam QS Maryam ayat 26 yang artinya: “Maka makan minum dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan bicara pada siapa pun pada hari ini.”
Dari pemahaman di atas, maka puasa tidak hanya sekedar menahan makan dan minum di siang hari. Akan tetapi, lebih dari itu agar supaya apa yang telah kita lakukan menjadi sempurna.
Dengan demikian, maka hindarilah hal-hal yang dapat merusak puasa, sebagaimana disebutkan dalam kitab Ihya Ulumuddin di antaranya berbohong, mengadu domba (naminah), mengumpat atau memfitnah (ghibah), sumpah palsu, dan memandang dengan syahwat.
Dalam rangka menyempurnakan puasa di bulan Ramadan, maka amalan-amalan yang perlu di lakukan antara lain memperbanyak membaca Alquran, memperbanyak sedekah, infak, beramal saleh atu jariyah. Kemudian mencari ilmu, amar makruf nahi munkar, dan memperbanyar berzikir kepada Allah SWT baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Pada dasarnya, puasa adalah ibadah yang bersifat sangat pribadi. Hanya Allah SWT dan orang yang berpuasalah yang benar-benar tahu apakah seseorang itu berpuasa atau hanya berpura-pura puasa.
Di balik sifat individualisnya itu, puasa mempunyai berbagai hikmah yang berdampak pada hati dan mental seseorang dalam hidup dan kehidupan di masyarakat. Karena dengan puasa akan melatih disiplin, kejujuran, pengendalian nafsu, godaan hidup, latihan ketabahan dan kesabaran.
Kemudian menanamkan perasaan kebersamaan, persaudaraan, perasaan kasih sayang terhadap fakir miskin, menghilangkan kesombongan, dan menjaga kesehatan. (*)




