Kamis, 20 November 2025

IBADAH merupakan wujud ketaatan dan kepatuhan hamba terhadap perintah Allah SWT. Karena pada dasarnya makna ibadah adalah patuh atau tunduk. 

Dalam melaksanakan ibadah ada tiga aspek yang terlibat didalamnya yaitu; Qalby (hati), Qauly (ucapan) dan Fi’ly (perbuatan). Ketiga aspek ini harus berjalan seimbang dan dilaksanakan secara sempurna. 

Misal ketika kita melaksanakan salat, gerakan takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan sejalan dengan ucapan allahu akbar dan penghayatan di dalam hati. 

Dari ketiga aspek di atas, aspek qauli (ucapan) dan fi’ly (perbuatan) lebih mudah untuk realisasikan dalam beribadah, karena hal ini kasat mata. Justru hal yang memiliki posisi penting namun paling sulit diwujudkan dalam beribadah adalah aspek qalby (hati) yaitu niat ikhlas dan khusyuk.

Betapapun sempurnanya bacaan dan gerakan ibadah jika tidak disempurnakan dengan niat yang ikhlas dan kekhusyukan hati, maka ibadah yang dilaksanakan tidak mencapai tujuan yang sebenarnya.

Ibadah apapun seharusnya dilakukan dengan sempurna yaitu melibatkan tiga aspek qalby, qauly dan fi’ly. Salat, puasa, zakat, dzikir, haji, dan lain-lain tidak akan sempurna dan bahkan tidak akan bernilai apa-apa jika tidak diiringi dengan niat yang tulus dan ikhlas. 

Kehadiran hati –niat yang ikhlas serta khusyuk- dalam sebuah ibadah ibarat ruh bagi jasad. Ibadah tanpa kehadiran hati didalamnya bagai raga tanpa nyawa. 

Ibadah yang menghadirkan hati membuat seorang hamba seolah-olah berhadapan langsung dengan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits tentang ihsan : “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan Engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,”.

Hati yang hadir dalam setiap ibadah menjadikan ibadah tersebut hidup dan membekas dalam hati dan prilaku setiap hamba. 

Seorang hamba akan semakin dekat dengan Allah SWT, akan muncul rasa tawadhu’ (rendah hati), menghormati dan menghargai orang lain, lebih moderat dalam memandang sebuah perbedaan, malu untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Sehingga esensi ibadah amar ma’ruf nahi mungkar akan terwujud.

Pada akhirnya, perbuatan baik apapun jika dilakukan dengan ikhlas akan bernilai ibadah dan memberikan dampak positif, namun sebaliknya perbuatan baik tanpa keikhlasan maka dianggap tidak sempurna dan bahkan tidak memiliki nilai apa-apa.

Oleh karena itu menghadirkan hati dalam ibadah akan menghasilkan kesadaran hati untuk melakukan hal-hal positif dan terjauhkan dari perbuatan negatif. (*)

Komentar

Terpopuler