Rabu, 19 November 2025

Pesan ini menegaskan perlunya menyiapkan generasi menghadapi masa depan yang penuh dinamika. Tradisi tetap menjadi landasan nilai, tetapi teknologi harus diadopsi agar anak-anak mampu bersaing.

Ramadan menjadi wadah penguatan iman sekaligus laboratorium pengembangan skill baru.

Melalui puasa, kita belajar mengelola waktu, menahan godaan, serta meningkatkan empati sosial. Nilai-nilai tersebut selanjutnya dapat dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi digital untuk kegiatan pendidikan dan dakwah.

Dengan begitu, transformasi generasi akan selaras dengan prinsip-prinsip Islam yang menitikberatkan pada kesalehan dan kemajuan.

Peradaban Islam pernah memimpin dunia melalui semangat belajar dan inovasi. Dari tradisi kecendekiaan, lahir ilmuwan dan pemikir hebat. Di zaman serba digital, umat Islam perlu menghidupkan kembali semangat literasi dan penelitian, sejalan dengan semangat puasa yang melatih ketekunan.

Sejarah mencatat tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, hingga Ibnu Khaldun yang telah meletakkan dasar berbagai disiplin ilmu.

Pencapaian mereka lahir dari perpaduan nilai spiritual dan kegigihan mencari pengetahuan. Inilah landasan yang perlu direvitalisasi agar umat Islam kembali menjadi pelopor kebaikan dan kemajuan peradaban.

Pada tahap praktis, Ramadan dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan anak keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan literasi media.

Puasa mengajarkan kesabaran dan kejujuran, sementara lingkungan digital menuntut kreativitas serta tanggung jawab dalam bermedia sosial. Orang tua dan guru dapat merancang aktivitas interaktif yang memadukan nilai islami dengan kompetensi digital.

Misalnya, mengajak anak berdiskusi tentang konten positif di internet atau membuat proyek sosial secara daring. Dengan demikian, Ramadan menjadi platform nyata untuk melatih keterampilan sekaligus menanamkan akhlak mulia.

Komentar