Kamis, 20 November 2025

Melalui pengendalian diri, kita belajar mengutamakan nilai takwa dalam setiap langkah kehidupan. Hal ini menjadi landasan kuat untuk membangun sikap tanggung jawab sosial, ekonomi, dan pendidikan sepanjang Ramadan.

Dengan begitu, puasa menjadi pintu gerbang untuk memperbaiki pola pikir dan merintis kebiasaan positif.

Transformasi di bulan Ramadan tidak berhenti pada sisi rohani. Kita menyaksikan perubahan masif dalam dunia pendidikan, ekonomi, dan gaya hidup.

Anak-anak zaman kini lahir dalam era digital dengan tantangan serta peluang yang berbeda dibandingkan pendahulunya. Di sinilah peran orang tua menjadi vital.

Orang tua perlu menanamkan prinsip adaptif agar anak dapat menyeimbangkan keimanan dan keterampilan digital. Dengan cara ini, generasi mendatang mampu menghadapi tantangan global tanpa kehilangan identitas keislaman.

Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah berpesan: ʿallimū awlādakum fa-innahum sayaʿīshu fī zamānihim ghayra zamānikum fa-innahum khuliqū li-zamānihim wa-naḥnu khuliqnā li-zamāninā.

Artinya, “Didiklah anak-anakmu, sebab mereka akan hidup di zaman yang bukan zamanmu. Mereka diciptakan untuk zaman mereka, sedangkan kita diciptakan untuk zaman kita,”

Ungkapan ini menegaskan bahwa setiap generasi lahir dengan peran dan situasi yang berbeda, sehingga pola asuh harus senantiasa disesuaikan.

Pendidikan pun tidak hanya terbatas pada pengetahuan agama, melainkan juga mencakup penguasaan teknologi informasi, keterampilan sosial, dan wawasan global.

Di tengah derasnya arus modernitas, semangat Islam harus menjadi pemandu yang menuntun anak untuk bijak memanfaatkan teknologi. Dengan demikian, anak tidak sekadar melek digital, tetapi juga bermoral dan berakhlak mulia.

Komentar

Terpopuler