Rabu, 19 November 2025

Memang, kualitas hadis di atas dhaif (lemah) sebagaimana dijelaskan oleh Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, Jami’ul Ahadits. Sebab, hadis di atas diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab Sahih-nya dan bersumber dari Ali ibn Zaid ibn Jadʽan yang divonis oleh para ulama sebagai orang yang dhaif.

Sementara orang yang meriwayatkan hadits tersebut dari Ali ibn Zaid adalah Yusuf bin Ziyad yang divonis dhaif parah (dhaif jiddan). (Imam Suyuthi, Jami’ul Ahadits, t.t. juz 23, h. 176)  

Meski demikian, hadis dhaif yang menjelaskan fadha’ilul a’mal (keutamaan amal ibadah) seperti keutamaan bulan puasa di atas, para ulama membolehkan untuk disampaikan ke publik dan diamalkan, selagi tidak berkaitan tentang akidah seperti menjelaskan keesaan Allah atau tentang hukum syariat seperti hukum salat, puasa, dan lain sebagainya.  

Kembali ke pembahasan awal, yaitu tentang tiga kado istimewa di bulan Ramadan, rahmat, ampunan, dan masuk surga.  

Ramadan sebagai Bulan Rahmat

Mendapat rahmat atau kasih sayang Allah merupakan sesuatu yang sangat penting dan sebisa mungkin seorang Muslim meraihnya. Sebab, peran rahmat Allah sangat besar bagi seorang hamba di akhirat kelak.

Bisa jadi seseorang merupakan hamba yang taat, rajin ibadah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, jika tidak mendapat rahmat Allah dan ibadahnya tidak diterima, na’udzubillah, amalnya hanya sia-sia.  

Berkaitan dengan ini, penting untuk kita simak kisah seorang hamba taat yang beribadah selama 500 tahun, tapi ia masuk surga bukan karena ibadahnya, melainkan karena rahmat Allah. Kisah ini diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak-nya.

Berikut disampaikan secara singkat. Sekali waktu Malaikat Jibril as bercerita kepada Nabi Muhammad saw:

”Hai, Muhammad! Demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung.”  

Ampunan... 

Komentar

Terpopuler