Selain berusaha atau ikhtiar, doa juga menjadi jalan untuk mendapatkan keinginan yang kita harapkan. Meski demikian, ada kalanya, doa yang kita panjatkan ini belum kunjung terkabul.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
ثَلَاثةٌ لا تُرَدُّ دَعوَتُهُمُ؛ الإمامُ العادِلُ، والصّائمُ حَتَّى يُفطِرَ، ودَعوَةُ المَظلومِ تُحمَلُ على الغَمامِ وتُفتَحُ لَها أبوابُ السَّماءِ، ويَقولُ الرَّبُّ: وعِزَّتِى لأنصُرَنَّكِ ولَو بَعدَ حينٍ
Artinya: ”Tiga golongan yang tidak ditolak doanya: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi yang diangkat oleh Allah di atas awan, dibukakan baginya pintu-pintu langit, lalu Allah berfirman: ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku pasti akan menolongmu meski setelah beberapa waktu’.” (HR Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan At-Tirmidzi)
Berkaitan dengan kualitasnya, At-Tirmidzi menilai bahwa hadis tersebut tergolong hasan. At-Tirmidzi memaparkan, hadis ini juga telah diriwayatkan oleh Isa bin Yunus, Abu ‘Ashim, dan beberapa tokoh besar ahli hadits lainnya.
Hadis ini juga diriwayatkan dalam versi yang lebih panjang dan lebih lengkap daripada ini (Sunan at-Tirmidzi, [Beirut, Darul Gharbil Islami, 1998] jilid V, hlm. 470).
Murianews, Kudus – Dalam ajaran Islam kita dianjurkan untuk banyak-banyak berdoa kepada Allah SWT. Namun, ada beberapa golongan yang doanya memiliki kedudukan istimewa, hingga di dalam sebuah hadis disebutkan doa mereka tidak akan ditolak.
Selain berusaha atau ikhtiar, doa juga menjadi jalan untuk mendapatkan keinginan yang kita harapkan. Meski demikian, ada kalanya, doa yang kita panjatkan ini belum kunjung terkabul.
Melansir NU Online, keistimewaan doa terletak pada kedekatan hubungan antara hamba dan Tuhannya. Namun, ada beberapa golongan yang doanya memiliki kedudukan istimewa.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
ثَلَاثةٌ لا تُرَدُّ دَعوَتُهُمُ؛ الإمامُ العادِلُ، والصّائمُ حَتَّى يُفطِرَ، ودَعوَةُ المَظلومِ تُحمَلُ على الغَمامِ وتُفتَحُ لَها أبوابُ السَّماءِ، ويَقولُ الرَّبُّ: وعِزَّتِى لأنصُرَنَّكِ ولَو بَعدَ حينٍ
Artinya: ”Tiga golongan yang tidak ditolak doanya: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi yang diangkat oleh Allah di atas awan, dibukakan baginya pintu-pintu langit, lalu Allah berfirman: ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku pasti akan menolongmu meski setelah beberapa waktu’.” (HR Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan At-Tirmidzi)
Berkaitan dengan kualitasnya, At-Tirmidzi menilai bahwa hadis tersebut tergolong hasan. At-Tirmidzi memaparkan, hadis ini juga telah diriwayatkan oleh Isa bin Yunus, Abu ‘Ashim, dan beberapa tokoh besar ahli hadits lainnya.
Hadis ini juga diriwayatkan dalam versi yang lebih panjang dan lebih lengkap daripada ini (Sunan at-Tirmidzi, [Beirut, Darul Gharbil Islami, 1998] jilid V, hlm. 470).
Keutamaan Tiga Golongan...
Hadis di atas menegaskan keutamaan tiga golongan yang memiliki keistimewaan dalam doa. Yaitu pemimpin yang adil, orang yang berpuasa, dan orang yang terzalimi.
Mula Al-Qari menjelaskan, bahwa cepatnya pengabulan doa disebabkan oleh kebaikan orang yang berdoa, atau karena kerendahan hati dan kesungguhannya dalam berdoa kepada Allah Ta’ala (Mirqatul Mafatih syarh Misykatil Mashabih, [Beirut, Darul Fikr, 2002], jilid IV, hlm. 1435).
Kemudian, setiap golongan yang disebut dalam hadis tentu memiliki alasan khusus mengapa doa mereka dijamin terkabul, dan salah satu yang mendapat kesempatan tersebut adalah pemimpin yang adil.
Pemimpin yang adil disebut pertama kali dalam hadis ini. Artinya, sifat adil dalam diri seorang pemimpin menunjukkan kemuliaan, tidak hanya di sisi manusia, namun di sisi Sang Penerima Doa.
Meskipun demikian, versi lain hadis ini tidak selalu menyebut pemimpin yang adil dalam urutan pertama.
Pemimpin yang adil memiliki kemuliaan di sisi Allah. An-Nawawi menjelaskan, pemimpin yang adil ialah orang yang bertanggung jawab atas urusan kaum muslimin, baik dari kalangan pemimpin maupun hakim, harus memprioritaskan hal yang memiliki banyak manfaat dan maslahat yang luas bagi umat.
Hal ini disebabkan oleh pentingnya maslahat tersebut dan dampaknya yang lebih umum pada sebagian besar urusan (Syarh Shahih Muslim, [Beirut, Dar Ihya at-Turats al-‘Arabiy, 1392], jilid VII, hlm. 121).
Al-Munawi menjelaskan, bahwa pemimpin yang adil merupakan manusia yang paling baik setelah Nabi, karena dengan kepemimpinannya yang adil, ia dapat menuntaskan kemaslahatan banyak orang.
Keutamaan Tiga Golongan...
Ia menjelaskan:
أن الإمام العادل خير الناس أي بعد الأنبياء لأن الأمور التي يعم نفعها ويعظم وقعها لا يقوم بها غيره وبه نفع العباد والبلاد وهو القائم بخلافة النبوة في إصلاح الخلق ودعائهم
Artinya: ”Sesungguhnya pemimpin yang adil adalah sebaik-baiknya manusia setelah para nabi, karena tugas-tugas yang manfaatnya meluas dan pengaruhnya begitu besar tidak dapat dilakukan oleh selain dirinya. Melalui pemimpin yang adil, tercapai kemaslahatan bagi umat manusia dan negeri mereka, serta ia adalah penerus kepemimpinan kenabian dalam memperbaiki keadaan makhluk dan menyeru mereka kepada kebenaran.” (Faydhul Qadir, [Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994], jilid XIII, hlm. 200).
Keberadaan pemimpin yang adil membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Ia adalah pelindung hak-hak rakyat, penjaga perdamaian, dan pendorong kesejahteraan. Ketika seorang pemimpin berlaku adil, otomatis ia menciptakan lingkungan yang harmonis, di mana rakyat dapat hidup dengan aman dan tenteram.
Imam Al-Ghazali juga menambahkan, ”Dalam hadis ini terdapat isyarat bahwa kepemimpinan dan kekhalifahan adalah salah satu bentuk ibadah terbaik, jika dijalankan dengan keadilan dan keikhlasan.”
“Namun, orang-orang yang bertakwa selalu berusaha menjauhi dan menghindari tanggung jawab tersebut karena besarnya bahaya yang terkandung di dalamnya.
Hal ini karena sifat-sifat batin manusia mudah tergugah dalam kekuasaan, sehingga hawa nafsu cenderung dikuasai oleh cinta terhadap status, pengaruh, dan wewenang. Semua itu adalah kenikmatan duniawi yang paling menggoda.” (hlm. 200)
Golongan kedua yang disebutkan dalam hadis adalah orang yang berpuasa hingga ia berbuka.
Keutamaan Tiga Golongan...
Puasa adalah salah satu ibadah yang paling utama dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi:
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Artinya: ”Puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan memberikan balasannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam keadaan berpuasa, seorang hamba menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, baik secara fisik maupun spiritual. Saat menjelang berbuka, seorang yang berpuasa berada dalam kondisi yang sangat khusyuk.
Setelah seharian menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, ia mendekatkan diri kepada Allah dengan hati yang tulus dan penuh harap. Doa yang dipanjatkan pada saat ini memiliki keistimewaan karena diiringi dengan kesabaran dan keikhlasan.
Imam Al-Qari menjelaskan bahwa orang yang berpuasa berada dalam keadaan yang sangat dekat dengan Allah. Ketika seorang hamba menahan dirinya dari hal-hal yang dihalalkan di waktu lain demi menaati Allah, ia menunjukkan ketundukan dan ketaatan yang luar biasa.
Kondisi ini membuat doa yang dipanjatkan penuh dengan keberkahan dan diterima oleh Allah (Mirqat Al-Mafatih, jilid IV, hlm. 1435).
Golongan terakhir yang disebutkan dalam hadis adalah orang yang terzalimi. Doa mereka memiliki keistimewaan karena mereka berada dalam keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan.
Sebagaimana Allah sebut dalam surat An-Naml ayat 62:
اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْۤءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاۤءَ الْاَرْضِۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ ٦٢
Artinya: ”Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang mengabulkan (doa) orang yang berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, menghilangkan kesusahan, dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.”
Doa Orang yang Terzalimi...
Keistimewaan doa orang yang terzalimi terletak pada keadaan hatinya yang hancur dan penuh harap kepada Allah. Dalam kondisi seperti ini, mereka menyerahkan seluruh urusan kepada Allah, satu-satunya tempat bergantung.
Imam Al-Munawi menjelaskan bahwa doa orang yang terzalimi diterima oleh Allah sebagai manifestasi keadilan ilahi, yang memastikan bahwa hak-hak mereka akan dikembalikan.
Doa orang yang terzalimi memiliki keistimewaan luar biasa; pintu-pintu langit terbuka untuknya, dan Allah menggerakkan seluruh sebab dan kekuatan langit untuk membalas kezaliman yang telah terjadi.
Meskipun demikian, pengabulan doa tentu saja membutuhkan waktu, hal itu sepenuhnya berada dalam ketentuan dan kebijaksanaan Allah, yang maha mengetahui waktu terbaik untuk memberikan pertolongan dan keadilan (Faydhul Qadir, hlm. 200).
Hadis ini mengajarkan pelajaran mendalam tentang kekuatan doa dan keadilan Allah. Ketiga golongan yang disebutkan (pemimpin yang adil, orang yang berpuasa, dan orang yang terzalimi) memberikan teladan bagi umat manusia untuk menjalani hidup dengan menegakkan keadilan, melatih kesabaran, dan tunduk sepenuhnya kepada Allah dalam setiap keadaan.
Dalam setiap doa, terdapat harapan yang menggambarkan ketergantungan manusia kepada Tuhannya. Semoga kita dapat menjadi hamba yang doa-doanya diterima oleh Allah. Amiin ya rabbal ‘alamin.