Karena itu, puasa diartikan sebagai proses spiritual untuk introspeksi dan perbaikan diri selain ritual fisik.
”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah ayat 183).
Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga tentang meningkatkan ketakwaan. Berpuasa mengajarkan untuk mengontrol nafsu kita, mengatur waktu, dan memprioritaskan hal-hal yang lebih penting dalam hidup.
Selain itu, selama puasa kita dimotivasi untuk menjadi lebih sabar, empati, dan peduli terhadap sesama.
Hadis ini mengingatkan kita bahwa puasa yang benar adalah jika disertai dengan peningkatan moral dan tingkah laku.
Dua komponen yang saling terkait dalam menjalankan puasa adalah amal ibadah dan kepedulian sosial. Kita diajak untuk lebih banyak beramal selama bulan suci Ramadan dan berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.
PUASA adalah ibadah yang lebih dari sekadar menghentikan keinginan untuk makan dan minum. Selama bulan Ramadan, kita dianjurkan untuk berpikir tentang arti disiplin diri dan bagaimana itu dapat membantu transformasi sosial.
Karena itu, puasa diartikan sebagai proses spiritual untuk introspeksi dan perbaikan diri selain ritual fisik.
”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah ayat 183).
Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga tentang meningkatkan ketakwaan. Berpuasa mengajarkan untuk mengontrol nafsu kita, mengatur waktu, dan memprioritaskan hal-hal yang lebih penting dalam hidup.
Selain itu, selama puasa kita dimotivasi untuk menjadi lebih sabar, empati, dan peduli terhadap sesama.
”Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh pada puasanya," (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mengingatkan kita bahwa puasa yang benar adalah jika disertai dengan peningkatan moral dan tingkah laku.
Dua komponen yang saling terkait dalam menjalankan puasa adalah amal ibadah dan kepedulian sosial. Kita diajak untuk lebih banyak beramal selama bulan suci Ramadan dan berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.
”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu,” ( Al-Baqarah:267).
Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya untuk membagikan harta dan rezeki kita kepada orang-orang yang kurang beruntung.
Berbagi tidak hanya memberikan barang, tetapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian kepada sesama. Selama berpuasa, kita diajak untuk lebih memperhatikan bagaimana orang-orang di sekitar kita.
Dengan berbagi makanan, memberikan bantuan, atau bahkan hanya dengan senyuman dan kata-kata baik, kita dapat menciptakan suasana yang lebih damai dan penuh kasih. Kegiatan amal ini tidak hanya bermanfaat bagi orang yang menerimanya, tetapi juga membuat pemberi senang dan puas.
Selain itu, amal ibadah selama Ramadan memiliki potensi untuk memperkuat hubungan sosial dalam komunitas. Sangat penting untuk membangun rasa solidaritas dan kepedulian yang lebih dalam ketika kita membantu satu sama lain, terutama di tengah tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh banyak orang. Dengan bersatu dalam kebaikan, kita dapat membuat lingkungan yang lebih baik dan lebih peduli.
Dalam puasa, kemenangan berarti pencapaian individu dan juga kemenangan kolektif yang dapat dicapai melalui kebersamaan. Ketika kita berpuasa dan beramal selama bulan Ramadan, kita berusaha untuk meningkatkan solidaritas dan kepedulian sosial, bukan hanya diri kita sendiri.
Rasulullah SAW memberi kita pelajaran tentang pentingnya membantu orang lain. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, ”Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain,” (HR. Ahmad), nilai kemanusiaan kita diukur dari seberapa banyak kita dapat membantu orang lain.
Ramadan harus menjadi momentum untuk perubahan diri dan masyarakat. Selama berpuasa, kita harus mempertahankan disiplin diri, kepedulian sosial, dan keinginan untuk berbagi.

Dengan mengadopsi nilai-nilai puasa sebagai gaya hidup, kita tidak hanya memperoleh keuntungan spiritual, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih damai dan penuh kasih sayang.
Ini adalah saatnya bagi kita untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembentukan masyarakat Islam yang lebih kuat, berdaya, dan saling mendukung. (*)
