Lebih jauh, para ulama menjelaskan bahwa sepuluh hari terakhir Ramadan merupakan alam-malam paling potensial bagi datangnya Lailatul Qadar, momen yang paling diimpikan oleh umat Nabi Muhammad saw.
Artinya, jika kita konsisten menjaga salat tarawih sampai satu bulan penuh selama Ramadan, akan banyak sekali pahala yang diperoleh termasuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini.
Pertama, diampuni dosa-dosanya sebagaimana disinggung dalam hadis di atas. Kedua, mendapat pahala senilai menghidupkan satu malam penuh dengan beribadah selama satu bulan Ramadan.
Murianews, Kudus – Ada banyak amalan ibadah sunah yang dilaksanakan di bulan Ramadan. Salah satunya adalah salat tarawih.
Bahkan, salat tarawih ini adalah salah satu ibadah sunah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan pada bulan Ramadan. Pasalnya, banyak keutamaan dan pahala yang didapat dengan mengerjakan salat tarawih.
Melansir NU Online, keutamaan bagi orang yang melaksanakan salat tarawih sendiri sangat besar, yaitu mendapat pengampunan dosa.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: ”Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Para ulama sepakat bahwa kata qâma ramadhâna berarti salat tarawih. Secara tegas hadis ini memotivasi umat muslim agar melaksanakan salat yang boleh dikatakan sebagai ibadah eksklusif di bulan Ramadan.
Bahkan pahala yang dijanjikan adalah ampunan dosa-dosa, dengan catatan harus yakin akan keutamaannya dan dijalani dengan penuh keikhlasan. (as-Syirbini, Mughnil Muhtaj, tt; juz 1, h. 459).
Penyuci dari Dosa...
Artinya, salat tarawih yang hanya terdapat di bulan Ramadan ini akan menjadi penyuci bagi umat muslim dari dosa-dosa yang pernah diperbuat. Terkait apakah semua dosa, kecil dan besar, ulama berbeda pendapat.
Imam Haramain mengatakan bahwa dosa yang bisa dihapus karena salat tarawih adalah dosa kecil, sebab dosa besar hanya bisa dilebur dengan jalan taubat.
Berbeda dengan Imam Ibnul Mundzir yang memaparkan bahwa dosa yang dihapus adalah seluruhnya, baik kecil maupun besar.
Sebab, untuk menyebut kata dosa pada redaksi hadits di atas adalah menggunakan lafal “ma” yang dalam diskursus gramatika bahasa Arab (ilmu nahwu) memiliki arti umum. (al-Ramli, Nihayatul Muhtaj, tt: juz 3, hal. 206).
Menjaga Konsistensi Salat Tarawih
Namun demikian, keimanan manusia adakalanya naik dan terkadang juga turun. Naik turunnya iman sendiri bisa dideteksi melalui semangat ibadah yang dilakukan seseorang.
Semakin dia giat beribadah, biasanya semakin naik pula dosis keimanannya. Namun sebaliknya, jika ibadahnya mulai redup, bertanda dosis imannya mengalami penurunan.
Demikian pula dalam realitas pelaksanaan salat tarawih yang terjadi di masyarakat. Pekan pertama sampai pertengahan Ramadan mungkin volume jamaah masih ramai.
Tapi begitu memasuki separuh bulan terakhir apalagi mendekati hari raya idulfitri, jumlah jamaah perlahan melandai. Yang tadinya harus dipasang alas terpal di depan mushala untuk menampung jamaah yang membludak, kini bagian dalam mushala saja kadang tidak penuh.
Betapa Besar Pahalanya...
Alasannya pun beragam, mulai dari kesibukan pribadi sampai yang sudah bisa ditebak seperti sedang mempersiapkan kedatangan hari raya Idulfitri di rumah.
Padahal jika kita memahami betul betapa besar pahala yang diperoleh umat muslim dalam menjaga konsistensi salat tarawih, tentu seharusnya semakin mendekati lebaran, semakin semangat pula tarawihnya, dan juga ibadah-ibadah lainnya.
Dalam salah satu potongan hadisnya, Rasulullah saw bersabda:
إنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Artinya: ”Sesungguhnya seorang laki-laki yang melaksanakan salat bersama Imam (berjamaah) sampai selesai, maka baginya dihitung pahala beribadah satu malam penuh.” (HR Abu Dawud)
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang melaksanakan salat berjemaah dan tidak bubar sampai imam selesai (ikut membaca zikir dan berdoa), maka ia akan memperoleh pahala senilai beribadah selama satu malam penuh, terhitung ibadah wajib dan sunah.
Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya mendata hadis di atas dalam bab keutamaan melaksanakan salat pada bulan Ramadan. (Abu Thayyib Abadi, ‘Aunul Ma’bûd, 2017; juz 2, h. 168).
Artinya, jika konteks hadis ini diberlakukan dalam salat tarawih, maka barang siapa yang melaksanakan salat tarawih sampai selesai berikut witir serta zikir dan doa bersama imam, ia akan memperoleh pahala setara menghidupkan satu malam penuh dengan ibadah.
Belum lagi malam Ramadan, pasti pahalanya lebih besar lagi dibanding malam-malam lainnya.
Penyuci dari Dosa...
Lebih jauh, para ulama menjelaskan bahwa sepuluh hari terakhir Ramadan merupakan alam-malam paling potensial bagi datangnya Lailatul Qadar, momen yang paling diimpikan oleh umat Nabi Muhammad saw.
Artinya, jika kita konsisten menjaga salat tarawih sampai satu bulan penuh selama Ramadan, akan banyak sekali pahala yang diperoleh termasuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini.
Pertama, diampuni dosa-dosanya sebagaimana disinggung dalam hadis di atas. Kedua, mendapat pahala senilai menghidupkan satu malam penuh dengan beribadah selama satu bulan Ramadan.
Ketiga, berkesempatan meraih malam Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir.
Salat tarawih memang sunah, tapi ia hanya ada satu bulan dalam kurun waktu satu tahun. Wallahu a’lam bishshawab.
