Semoga setiap langkah menuju masjid, setiap doa yang dipanjatkan, dan setiap rakaat yang kita tunaikan diterima oleh-Nya sebagai amal saleh dan ketakwaan.
Selawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaih, yang telah menjadi panutan dan teladan sempurna bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan di dunia.
Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan syafaatnya kelak di akhirat, Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk senantiasa mengingatkan kepada jemaah salat Jumat agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan cara terus berusaha dan berupaya untuk istikamah dalam menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Dengan takwa, itu artinya kita sedang mempersiapkan bekal untuk kita bawa menuju akhirat, karena pada hakikatnya, dunia adalah tempat kita menanam, dan akhirat tempat kita memanen.
Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada kita semua adalah adanya waktu-waktu mulia yang penuh keberkahan. Pada waktu mulia ini, semua amal ibadah dilipatgandakan, derajat diangkat, rahmat Allah tercurah dengan melimpah.
Murianews, Kudus – Tanpa terasa, saat ini kita sudah memasuki pekan terakhir bulan Syakban. Artinya, dalam beberapa hari lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadan.
Ramadan adalah bulan penuh berkah yang dinanti oleh setiap muslim di seluruh dunia. Untuk itu, persiapan yang matang akan menjadikannya lebih bermakna dan bernilai.
Hati yang siap menyambut bulan suci dengan penuh ikhlas akan lebih mudah meraih keberkahan dan keutamaan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan mempersiapkan diri sejak dini, seseorang dapat menjalani ibadah dengan lebih khusyuk.
Berikut naskah khotbah Jumat berikut dengan judul, ”Persiapkan Diri Menyambut Ramadan”, dilansir dari NU Online.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
Ma’asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, mari senantiasa kita ucapkan melalui lisan dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui gerakan, atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita semua tanpa terhitung jumlahnya.
Terkhusus nikmat Islam dan iman yang terus tertanam dalam hati kita, sehingga bisa senantiasa istiqamah menunaikan ibadah salat Jumat.
Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah SWT...
Semoga setiap langkah menuju masjid, setiap doa yang dipanjatkan, dan setiap rakaat yang kita tunaikan diterima oleh-Nya sebagai amal saleh dan ketakwaan.
Selawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaih, yang telah menjadi panutan dan teladan sempurna bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan di dunia.
Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan syafaatnya kelak di akhirat, Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk senantiasa mengingatkan kepada jemaah salat Jumat agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan cara terus berusaha dan berupaya untuk istikamah dalam menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Dengan takwa, itu artinya kita sedang mempersiapkan bekal untuk kita bawa menuju akhirat, karena pada hakikatnya, dunia adalah tempat kita menanam, dan akhirat tempat kita memanen.
Ma’asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada kita semua adalah adanya waktu-waktu mulia yang penuh keberkahan. Pada waktu mulia ini, semua amal ibadah dilipatgandakan, derajat diangkat, rahmat Allah tercurah dengan melimpah.
Salah satu waktu mulia itu adalah keberadaan bulan Ramadan yang tidak lama akan kita jalani ini. Maka sangat beruntung bagi mereka yang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi bulan mulia ini dengan berbagai ketakwaan sejak saat ini.
Kunci Utama Setiap Ibadah...
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
Artinya: ”Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Oleh karena itu, berikut langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan.
Pertama, niat yang baik dan benar merupakan kunci utama dalam setiap ibadah. Maka kita hendaknya bertekad dengan niat yang kuat untuk menjalani puasa di bulan Ramadan yang akan datang dengan kesungguhan, dan terus berusaha memperbaiki semua perbuatan sehari-hari.
Tidak hanya kunci utama, niat juga menjadi salah satu syarat diterimanya sebuah ibadah, termasuk ibadah puasa. Allah tidak akan menerima ibadah yang tidak disertai dengan niat.
Bahkan, niat baik orang mukmin bisa lebih mulia daripada ibadah itu sendiri. Dalam kitab Mu’jamul Kabir, Rasulullah SAW bersabda:
نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ. وَفِي رِوَايَةٍ: نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ أَبْلَغُ مِنْ عَمَلِهِ
Artinya: ”Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya. Dalam riwayat yang lain: niat seorang mukmin lebih utama daripada amalnya.” (HR at-Thabrani).
Memperbanyak Doa...
Kenapa bisa demikian? Menurut Imam al-Baihaqi dalam kitab Sunan ash-Shagir, jilid I, halaman 5, karena ucapan dan perbuatan bisa saja rusak karena kejelekan dan harapan ingin dipuji orang lain (riya), sementara niat tidak.
Menurut Syekh Waliyuddin al-Khatib dalam kitab Misykatil Mashabih, jilid VIII, halaman 211, karena niat yang tulus akan diberi pahala sekalipun belum melakukan ibadah, Adapun ibadah yang tidak disertai niat tidak akan berpahala.
Sedangkan menurut Imam Abul Hasan al-Mubarakfuri dalam kitab Mir’atul Mafatih, jilid VII, halaman 81, pahala niat lebih banyak dari pahala ibadah, karena niat mencakup setiap sesuatu yang tidak dapat diwujudkan melalui amal ibadah.
Kedua, memperbanyak doa. Cara lain dalam mempersiapkan diri menuju Ramadan adalah dengan memperbanyak berdoa kepada Allah SWT.
Berdoa agar Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa sampai pada bulan mulia ini, serta memberikan taufik dan pertolongan kepada kita dalam menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain.
Kita juga berdoa agar ibadah yang kita lakukan diterima dan murni hanya karena Allah semata. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya: ”Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.’” (QS Ghafir, [40]: 60).
Puasa Sunah Syakban...
Ketiga, puasa sunah Syakban. Melakukan puasa sunah di bulan Syakban selain karena sangat dianjurkan dalam Islam dan memiliki pahala yang banyak, juga menjadi salah satu bentuk latihan umat Islam menuju puasa wajib selama sebulan penuh di bulan Ramadan.
Artinya, jika kita sudah terbiasa berpuasa sebelum Ramadan, maka kita tidak akan merasa berat ketika menjalani puasa di bulan Ramadan. Oleh karena itu, kita dianjurkan puasa di bulan Syakban, dengan catatan tidak sempurna sampai satu bulan.
Berkaitan dengan keutamaan puasa pada bulan Syakban, sahabat Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah SAW bersabda: ”Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat engkau berpuasa satu bulan dari berbagai bulan sebagaimana puasa engkau pada bulan Syakban, kemudian Nabi bersabda:
ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌََََ
Artinya: ”Syakban adalah bulan yang sering dilupakan oleh manusia, yaitu antara Rajab dan Ramadan. Padahal, ia adalah bulan di mana amalan-amalan diangkat kepada Rabb semesta alam. Maka, aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi).
Keempat, bertobat. Hal terbaik yang harus kita persiapkan menuju Ramadan adalah memasuki bulan mulia ini dengan hati yang suci dan jiwa yang bersih dari segala kotoran-kotoran kejelekan, keburukan, dan dosa-dosa.
Hal itu bisa kita raih dengan bertobat, yaitu dengan cara meninggalkan dosa, menyesali kesalahan yang kita perbuat, bertekad untuk tidak menghalanginya kembali, dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Pentingnya bertobat sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: ”Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS An-Nur, [24]: 31).
Puasa Sunah Syakban...
Terkhusus dosa-dosa yang memiliki sangkut paut dengan manusia (haqqul adami). Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin ila Jannati Rabbil ‘Alamin, halaman 41, mengatakan bahwa dosa sangkut paut dengan sesama manusia ini lebih sulit dari yang lainnya,
وَالثَّالِثُ ذُنُوْبٌ بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْعِبَادِ، وَهَذَا أَشْكَلُ وَأَصْعَبُ
Artinya: ”Dosa ketiga adalah dosa antara kamu dan hamba-hamba, dan ini lebih rumit dan lebih berat.”
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa dosa yang memiliki sangkut paut dengan orang lain dianggap lebih rumit dari dosa-dosa yang lain karena dalam konteks ini bisa berhubungan dengan harta, jiwa, kehormatan, atau pun yang lainnya, maka cara bertobat dari dosa ini pun juga memiliki cara yang berbeda, tidak cukup kemudian hanya sekadar meminta maaf.
Misal, jika kita memiliki dosa berupa harta, baik karena mencuri, merampok, ghasab, dan yang lainnya, maka cara bertobat dirinya adalah dengan mengembalikan harta tersebut jika masih ada. Jika sudah tidak ada, maka dengan cara menggantinya.
Oleh sebab itu, jika di antara kita ada yang memiliki sangkut paut dengan orang lain, baik berupa harta, jiwa, kehormatan dan yang lainnya.
Segeralah meminta maaf dan segera pula untuk mengembalikan hak-hak yang telah kita ambil dari mereka, agar persiapan kita dalam menghadapi bulan Ramadan benar-benar bersih dan suci.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dengan demikian, mempersiapkan diri menuju Ramadan harus dimulai dengan niat yang tulus, memperbanyak doa agar diberi kesempatan beribadah dengan ikhlas, melatih diri dengan puasa sunah di bulan Syakban, dan menyucikan hati melalui tobat yang sungguh-sungguh.
Demikian adanya khotbah Jumat, perihal mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan. Semoga menjadi khotbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.