Kamis, 20 November 2025

Hal itu berdasarkan firman Allah:   

 وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ  

Artinya: ”Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami kalian dikembalikan,” (QS. al-Anbiya [21]: 35).    

Jemaah Jumat rahimakumullah   

Selanjutnya, hikmah apa saja di balik ujian musibah itu? Banyak sekali dan hanya Allah yang mengetahui hakikat dan jumlah sesungguhnya. Namun, setidaknya ada dua hikmah besar di antaranya yang dapat kita petik saat ini berdasarkan Al-Quran dan hadits Rasulullah saw.   

Pertama, musibah sebagai ujian keimanan, kesabaran, dan kejujuran seorang hamba. Hal ini seperti yang diisyaratkan dalam Al-Quran, dimana seorang hamba tak boleh merasa diri sudah beriman, padahal dirinya belum diuji.

Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa ujian merupakan keniscayaan bagi orang-orang yang beriman. Pun dengan ujian yang ditimpakan, kejujuran mereka menjadi teruji.    

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ، وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ  

Artinya: ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” (QS. al-‘Ankabut [29]: 2-3).     

Di antara bentuk ujian yang diturunkan Allah kepada para hamba-Nya adalah sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa (penyakit dan kematian), dan kekurangan buah. Namun, siapa pun yang menghadapi semua ujian itu, diberikan kabar gembira oleh Allah swt.   

Ini artinya, secara umum ujian merupakan alat ukur menguji kesabaran seorang hamba. Sedangkan tidak ada balasan sabar kecuali surga yang penuh dengan kenikmatan abadi.   

 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَراتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ  

Artinya: ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS. al-Baqarah [2]: 155).    

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah 

Kedua, musibah sebagai wujud kebaikan, kasih sayang Allah, dan pelipatgandaan pahala. Tak banyak yang tahu bahwa musibah yang diterima seseorang boleh jadi sebagai wujud kebaikan dan kasih sayang Yang Maha Mencipta.

Ini sejalan hadis Rasulullah, antara lain yang diungkap dalam riwayat berikut:  

 إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ   

Artinya: ”Balasan yang besar itu bersama ujian yang berat. Sesungguhnya, ketika mencintai suatu kaum, Allah akan memberi mereka dengan ujian. Siapa saja yang ridha, maka ia berhak mendapat rida-Nya. Siapa yang murka, ia akan mendapat murka-Nya,” (HR. At-Tirmidzi).    

Barometer Keimananan... 

Komentar

Terpopuler