Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Tradisi kupatan menjadi salah satu warisan budaya Nusantara yang terus berkembang di masyarakat. Meskipun tidak terdapat bukti tertulis yang menyertainya, tradisi kupatan ini telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Dikutip dari NU Online, Budayawan Zastrouw Al-Ngatawi menjelaskan, tradisi kupatan memang erat kaitannya dengan puasa syawal. Dalam artian, kupatan merupakan lebarannya orang yang sudah menjalankan puasa syawal selama enam hari, yang dimulai dari hari ke dua syawal.

”Dari berbagai cerita foklor yang ditulis, kebanyakan terkait dengan Sunan Kalijaga. Artinya Sunan Kalijaga merupakan kreator dan motor dalam tradisi kupatan tersebut,” terang Zastrouw.

Menurut Zastrouw, secara historis, tradisi kupatan muncul pada era Wali Songo dengan memanfaatkan tradisi slametan yang telah ada di kalangan masyarakat Nusantara.

Tradisi ini kemudian dijadikan sarana untuk menyebarkan ajaran Islam tentang cara bersyukur kepada Allah, bersedekah, dan bersilaturrahim di hari lebaran.

Dia juga mengtatakan, tradisi ketupat biasanya dilakukan pada hari ke-8 atau seminggu setelah lebaran.

”Momentum ini yang dikenal lebaran ketupat. Jelas di sini terlihat tradisi ketupat sebagai rangsangan melaksanakan hadits Nabi Muhammad mengenai puasa sunnah di bulan Syawal,” tutur Zastrow.

Rasulullah SAW juga telah menjelaskan keutamaan puasa enam hari Syawal dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: ”Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim)

Komentar

Terpopuler