Rabu, 19 November 2025

Murianews, Semarang – Tak hanya berguru dengan para kiai di Jawa, Kiai Haji Sholeh Darat juga berguru dengan syekh di Makkah, Arab Saudi. Momen belajar di sana terjadi tatkala KH Sholeh Darat diajak ayahnya beribadah haji.

Perjalanan menuju Tanah Suci dilalui penuh rintangan. Sebab, pada masa itu pemerintahan masih di bawah kekuasaan Belanda.

Apalagi, ayah Kiai Sholeh Darat, Kiai Umar merupakan teman seperjuangan dan kepercayaan Pangeran Diponegoro. Menurut buku ”Sejarah & Perjuangan Kyai Sholeh Darat Semarang” Kiai Umar pernah ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro di wilayah pesisi utara.

Keduanya menggunakan kapal untuk menuju Tanah Suci. Namun, Kiai Sholeh Darat singgah lebih dulu di Singapura sebelum sampai di Makkah.

Tak berhenti di sana, di momen beribadah di Makkah, KH Sholeh Darat ditinggalkan ayahnya untuk selamanya. KH Umar meninggal dunia di Makkah.

Akhirnya KH Sholeh Darat memutuskan menetap di Makkah untuk memperdalam ilmu agamanya. Di abad awal-awal ke-19 memang banyak santri Indonesia menuntut ilmu agama ke Makkah.

Selama di Makkah, menurut Ahmad Luthfi (2018: 324-325), KH Sholeh Darat belajar dengan beberapa guru atau syekh di sana.

Di muai dari belajar kitab akidah Ummu Al Baharin dengan Syekh Muhammad al-Muqri al-Mashri al-Makki, kemudian, belajar fiqih dengan pengajar di Masjid Al Haram dan Nabawi, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasballah.

Kemudian, KH Sholeh Darat belajar Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali dengan seorang mufti madzhab Syafi’iyyah di Mekah, Al ‘Allamah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan.

Selanjutnya, ia belajar memperdalam kitab Al Hikam karya Ibnu ‘Atthaillahbersama Al ‘Allamah Ahmad an-Nahawi al-Mishri al- Makki.

KH Sholeh Darat juga belajar Ihya’ ‘Ulumuddin juz 1 dan 2 dengan seorang guru di Masjid Nabawi, Sayyid Muhammad Sholeh al-Zawawi al-Makki.

Selanjutnya, ia juga memperdalam ilmu kitab Fath Al-Wahhab dengan Syekh Umar al-Syami dan Kiai Zahid dan memperdalam ilmu pada kitab Syarh at-Tahrir karya Zakariya al-Anshari dengan Syekh Yusuf al-Sunbulawi al-Mishri.

Terakhir, Sholeh Darat juga memperdalam kitab Tafsir Alquran dengan Syekh Jamal, seorang mufti bermadzhab Hanafiyyah di Mekkah.

Perjalanan keilmuan KH Sholeh Darat menunjukkan ketekunannya dalam mencari ilmu pada ulama-ulama besar. Ia pun tumbuh dengan kecerdasan intelektual.

Hal itu beliau menjadikan KH Sholeh Darat disegani beberapa kalangan ulama serta beberapa sahabat beliau baik di Haramain hingga penguasa Hijaz.

Banyak pula tokoh-tokoh yang pernah menimba ilmu dengannya, di antaranya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, dan Raden Ajeng Kartini. (Bersambung)

Komentar