Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Salah satu ibadah sunah yang biasa dikerjakan saat Ramadan yakni, salat Witir. Salat ini dikerjakan usai salat Tahajud atau Tarawih.

Sesuai makna dari namanya, witir yang berarti gajil, salat ini dikerjakan dengan rakaat ganjil. Umat Islam yang menjalankan salat ini boleh memilih jumlah rakaat sesuai keinginan, yakni satu, tiga, ata lima rakaat dan seterusnya. Namun, umumnya salat Witir dikerjakan dengan satu atau tiga rakaat saja.

Salat Witir menjadi keutamaan, karena usai mengerjakannya, umat Islam dapat memohon ampunan dan kebaikan kepada Allah SWT.

Tata cara salat Witir

Dilansir dari NU Online, salat witir memiliki syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Syarat dan rukun itu sama seperti salat lainnya yakni, dimulai dari takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah, ruku, i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, hingga diakhiri dengan salam.

Namun, yang perlu diperhatikan yakni, apabila rakaat salat yang dikerjakan lebih dari satu. Ada dua cara untuk mengerjakannya, yakni boleh menyambungkan atau washal maupun terpisah atau fashal.

Yang dimaksud dengan washal yakni, menggabungkan rakaat terakhir dengan rakaat sebelumnya. Contoh, salat witir tiga rakaat, dikerjakan dengan sekali takbiratul ikhram dan satu salam.

Sementara, yang dimaksud fashal yakni, memisahkan rakaat sebelumnya dengan rakaat sesudahnya. Misalnya, mengerjakan witir tiga rakat, dengan dua rakaat satu takbiratul ikhram dan satu salam, kemudian ditambah satu rakaat dengan satu salam.

Bacaan Niat Salat Witir

Ada tiga pilihan bacaan niat salat Witir yang dapat dikerjakan. Yakni:

Bila mengerjakan salat witir tiga rakaat secara washal:

اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri tsalâtsa raka'âtin mustaqbilal qiblati adâ’an lillâhi ta'âlâ

Artinya: Aku menyengaja sembahyang sunnah shalat witir tiga rakaat dengan menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala.

Bila mengerjakan salat witir tiga rakaat secara fashal:

أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan minal witri rak'ataini lillahi ta'âlâ

Artinya: Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta'ala. 

أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan minal witri rak'atan lillahi ta'âlâ

Artinya: Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah ta'ala.

Bacaan zikir dan doa salat Witir

Selesai salat Witir dianjurkan membaca zikir dan doa. Ini dikerjakan untuk memohon ampunan dan kebaikan dari Allah SWT. Berikut bacaan zikir dan doa usai salat Witir. 

سُبْحَانَ المَلِكِ القُدُّوسِ

Subhanal Malikil Quddus

 

Artinya: Maha Suci Dzat Yang Maha Merajai dan Dzat Yang Maha Suci

Bacaan zikir di atas dianjurkan dibaca tiga kali dengan mengeraskan suara pada saat membaca yang kali ketiga.

Setelah membaca zikir, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa berikut: 

سُبْحَانَ المَلِكِ القُدُّوْسِ رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ، جَلَّلْتَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضِ بِالعَظَمَةِ وَالْجَبَرُوْتِ، وَتَعَزَّزْتَ بِالْقُدْرَةِ، وَقَهَّرْتَ الْعِبَادَ بِالْمَوْتِ. اَللّٰهُمَّ إنِّيْ أَعُوذُ بِرِضَـاكَ مِنْ سُخْطِكَ بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم (وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ)

Artinya: Mahasuci Allah Penguasa yang Kudus, Tuhan para malaikat dan Jibril. Engkau penuhi langit dan bumi dengan kemuliaan dan keperkasaan-Mu. Engkau memiliki keperkasaan dengan kekuasaan-Mu, dan Engkau tundukkan hamba-Mu dengan kematian.

Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan terkutuk dari tiupan dan bisikannya, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.

Komentar

Terpopuler