MAKAN dan minum adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, termasuk biologis antara suami istri. Tetapi di bulan Ramadan, saat puasa diwajibkan, itu semua harus ditahan, tidak boleh dilakukan.
Walaupun halal, walaupun kita butuh karena lapar atau haus, walaupun nafsu kita bergejolak, harus kita tahan menunggu waktu diperbolehkan. Menunggu itu sesuatu yang membosankan, melelahkan apabila kita tidak sabar.
Di sinilah kesabaran kita diuji. Bagi mereka yang beriman, mereka sadar bahwa ini harus dilakukan, karena hal ini adalah salah satu perintah yang wajib dilakukan oleh orang yang beriman.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Jadi puasa di bulan Ramadan ini adalah salah satu pendidikan dan latihan bersabar. Maka Rasullullah bersabda: “Bulan Ramadan adalah bulan sabar, sabar pahalanya adalah surga".
Di dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 133 - 134 Allah berfirman bahwa salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menahan amarah "walkaadzimiinal ghaidha" .
Sabar menahan suatu keinginan itu sesuatu yang sangat berat. Maka diperlukan latihan sehingga bisa menjadi kebiasaan. Sabar menahan nafsu makan, minum, termasuk nafsu birahi dan nafsu yang lain seperti nafsu amarah, nafsu lawwaamah dan lain segaianya itu memerlukan kesabaran.
Maka Ramadan ini memberikan pendidikan dan latihan bersabar dalam kita bertindak. Melakukan atau tidak melakukan sesuatu, walaupun hal itu dibolehkan atau halal dilakukan atau dimakan.
Tausiah Ramadan ini disampaikan oleh: Wakil Ketua MUI Grobogan, KH Rif’an




