PUASA Ramadan, sebagai salah satu pilar utama dalam agama Islam, memiliki makna yang mendalam dan multi-dimensi. Selain sebagai kewajiban ibadah, puasa juga dianggap sebagai bentuk jihad spiritual.
Jihad dalam konteks ini bukanlah perang fisik, melainkan perjuangan batiniah untuk mencapai kesempurnaan dalam iman dan ketakwaan. Dalam tulisan ini, akan dibahas secara mendalam tentang makna puasa sebagai jihad, serta implikasi dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Puasa Ramadan hukumnya wajib, sebagaimana firman Allah swt :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS al-Baqarah: 183).
Inti dari puasa adalah menahan, sebagaimana arti shaum secara bahasa adalah imsâk (menahan). Dalam fiqih, puasa dimaknai sebagai menahan dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Bila diperdalam makna “menahan” tersebut pada pengertian yang lebih hakiki, yakni menahan diri dari nafsu untuk berbuat buruk.
Artinya, puasa tidak hanya berhubungan masalah perut dan kelamin tapi juga jiwa manusia untuk selalu terhindar dari perbuatan tercela (al-akhlaq al-madzmumah). Karena itu, yang dijaga bukan satu atau dua anggota badan, melainkan seluruh anggota tubuh agar berlaku sesuai tuntunan syariat-Nya, dan inilah yang dinamakan dengan jihad melawan hafa nafsu.
Rasulullah menyebut perang melawan hawa nafsu ini dengan sebutan jihad akbar (jihad terbesar), lebih dahsyat ketimbang perang fisik yang beliau istilahkan sebagai jihad ashghar (jihad kecil). Sepulang dari perang Badar, Rasulullah berkata di hadapan para sahabatnya:
رَجَعْتُمْ مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَى الجِهَادِ الأَكْبَرِ فَقِيْلَ وَمَا جِهَادُ الأَكْبَر يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ جِهَادُ النَّفْسِ
Artinya: “Kalian telah pulang dari sebuah peperangan kecil menuju peperangan akbar. Lalu sahabat bertanya, ‘Apakah peperangan akbar (yang lebih besar), itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "jihad (memerangi) hawa nafsu.”
Jihad berasal dari akar kata "jahada" yang berarti berusaha atau berjuang. Jihad memiliki dua dimensi utama: jihad akbar (perjuangan melawan hawa nafsu) dan jihad asghar (perjuangan fisik dalam membela agama).
Puasa merupakan salah satu bentuk jihad akbar, di mana umat Islam berjuang melawan hawa nafsu dan godaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Puasa sebagai Jihad memiliki makna : 1) Puasa membutuhkan kesabaran, kekuatan, dan keteguhan hati untuk menahan diri dari makan, minum, dan perilaku negatif lainnya.
2). Dengan menahan diri dari kebutuhan dunia, umat Islam berusaha membersihkan jiwa dan meningkatkan kesadaran spiritual. 3). Puasa juga merupakan bentuk pengendalian diri, di mana umat Islam belajar untuk mengendalikan hawa nafsu dan keinginan duniawi.
Dalam puasa Ramadan ini umat Islam akan belajar banyak hal, seperti belajar tentang pengorbanan dan kesetiaan kepada Allah, menahan diri dari segala bentuk godaan dan dosa, dan belajar tetang nilai-nilai seperti kasih sayang, belas kasihan, dan pengampunan, empati terhadap orang-orang yang kurang beruntung, yang merupakan aspek penting dalam jihad spiritual.
Serta puasa mengajarkan umat Islam untuk menjadi Adapun relevansi makna puasa sebagai Jihad di era modern. Pertama, Di tengah arus materialisme dan konsumerisme, puasa sebagai jihad memberikan kontrast yang kuat untuk mengingatkan umat Islam akan nilai-nilai spiritual.
Kedua, Puasa mengajarkan pentingnya pengendalian diri dalam menghadapi tantangan dan godaan di era digital yang serba cepat.
Ketiga, Dengan memahami puasa sebagai jihad, umat Islam dapat mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan modern dan berkontribusi positif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa Puasa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan bentuk perjuangan spiritual yang mendalam. Dalam konteks ini, Puasa Ramadan dipahami sebagai jihad, di mana umat Islam berjuang untuk memperbaiki diri mereka sendiri dan membentuk masyarakat yang lebih baik. Dengan memahami makna puasa sebagai jihad, umat Islam dapat menghidupi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. (*)




