Kamis, 20 November 2025

Murianews, JakartaZaid bin Tsabit merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang memiliki banyak keistimewaan. Salah satu peran besarnya dalam sejarah Islam adalah penyusun Al Qur’an menjadi satu mushaf setelah wafatnya Nabi.

Zaid bin Tsabit lahir di Madinah pada tahun 610 M. Sejak kecil, ia menunjukkan kecerdasan luar biasa, terutama dalam menghafal Al Qur’an. Saat usianya baru enam tahun, bakatnya mulai menarik perhatian Nabi Muhammad yang baru saja hijrah ke Madinah.

Dalam sebuah majelis, Rasulullah mengujinya dengan meminta Zaid membaca surat yang telah dihafalnya, dan ia mampu melakukannya dengan lancar.

Mengutip dari buku Ensiklopedia Ulama Fiqih Sepanjang Masa karya Abdullah Musthafa Al-Maraghi, pada usia 11 tahun, Zaid telah menghafal 11 surat Al Qur’an. Kemampuan ini membuatnya dipercaya sebagai penulis wahyu dan surat-surat Rasulullah.

Selain itu, Nabi Muhammad juga memintanya untuk mempelajari bahasa Ibrani agar dapat berkomunikasi dengan orang-orang Yahudi. Dalam waktu 15 hari, Zaid berhasil menguasai bahasa tersebut. Tak hanya itu, ia juga belajar bahasa Suryani dan menguasainya dalam 17 hari.

Di samping tugasnya sebagai penulis wahyu, Zaid juga terjun ke medan perang. Sejak usia 11 tahun, ia telah meminta izin kepada Nabi untuk ikut berjihad. Namun, ia baru diperbolehkan bergabung dalam peperangan ketika berusia 19 tahun.

Setelah wafatnya Rasulullah pada tahun 632 M, Zaid bin Tsabit berperan besar dalam pengumpulan Al Qur’an. Khalifah Abu Bakar menunjuknya untuk mengumpulkan dan menyusun ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf.

Proses ini dilakukan dengan mengumpulkan wahyu yang telah ditulis di pelepah kurma, batu, serta hafalan para sahabat.

Menulis wahyu...

  • 1
  • 2

Komentar

Terpopuler