Jumat, 28 Maret 2025

Murianews, Kudus – Tiga hari setelah Hari Raya Iduladha disebut sebagai Hari Tasyrik. Hari itu tepat pada 11, 12, dan 13 Zulhijah.

Hari Tasyrik ini dalam bahasa Arab merupakan patron kata masdar dari ”syarraqa” atau ”syuruq” yang berarti ”terbitnya matahari” atau ”menjemur sesuatu”.

Menurut bahasa, Tasyrik juga diartikan dengan menghadap ke arah timur atau (arah sinar matahari).

Arti itu berdasarkan, dengan kebiasaan umat Islam zaman dulu. Di mana, di hari tersebut, umat Islam menjemur daging kurban untuk dibuat dendeng.

Pendapat itu disandarkan pada masa Rasulullah di mana, saat itu belum ada teknologi mesin pendingin seperti kulkas. Masyarakat pun menyimpan daging dengan waktu lama menggunakan cara menjemurnya.

Melansir dari laman MUI, cara ini dilakukan agar daging kurban yang melimpah dapat dispiman dalam jangka waktu yang lama, sehingga bisa menjadi cadangan makanan.

Pendapat lain menyebutkan, Tasyrik memilik arti matahari terbit karena ibadah kurban dilaksanakan di saat waktu tersebut. Di waktu itu, umat islam diperbolehkan melaksanakan ibadah apapun, kecuali berpuasa.

Dalam ajaran umat Islam, ibadah kurban, bisa dilakukan di Hari Tasyrik tersebut, selain di Hari Raya Iduladha itu sendiri atau 10 Zulhijah. Lantaran menjadi waktu untuk berkurban, umat Islam dilarang untuk berpuasa.

Mengapa umat Islam dilarang berpuasa saat Hari Tasyrik?

Larangan berpuasa di Hari Tasyrik disebabkan, waktu tersebut sangat dianjurkan untuk menikmati berbagai hidangan dan olahan dari daging qurban.

Larangan ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan Bukhari:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859)

Hari Tasyrik juga disebut sebagai hari untuk makan dan minum. Rasulullah bersabda:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954)

Selain menyembelih hewan kurban, umat Islam dianjurkan memperbanyak amal ibadah seperti berzikir dan berdoa saat Hari Tasyrik.

Perintah untuk berkurban tersebut termaktub dalam surat al-Kautsar ayat 2 berikut:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

”Maka, laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurban lah!”

Komentar

Terpopuler