Jumat, 28 Maret 2025

Murianews, KudusSalat Idulfitri hukumnya sunah muakkadah atau sangat dianjurkan tapi tidak wajib. Rasulullah SAW sendiri tak pernah meninggalkannya.

Bahkan Rasulullah SAW memerintahkan semua muanya untuk keluar pada hari itu, termasuk wanita yang haid. Meski begitu, wanita yang haid atau berhalangan diminta menjauhi yang salat dan menyaksikan kebaikannya.

Salat Id sendiri tidak disyaratkan harus dilaksanakan di Masjid. Menurut Imam Malik, salat Id juga baik dilaksanakan di lapangan terbuka.

Bila tak ada halangan seperti hujan atau lainnya, Nabi Muhammad pun melaksanakan salat Id di lapangan.

Namun, BMKG sebelumnya memperingatkan adanya potensi cuaca ekstrem saat Lebaran tahun ini. Salat Id disarankan untuk dilaksanakan di Masjid bila hujan mengguyur. Lantas bagaimana hukumnya salat Id di lapangan dan di Masjid.

Melansir dari NU Online, menurut hadis yang diriwayatkan Buhkari, Muslim dan Nasa’I, Rasulullah biasa menjalankan salat Id di tanah lapang atau lapangan.

عَنْ أَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِي رضي الله عنه قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى. فَأَوَّلُ شَيْئٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَة، ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُوْمُ مُقَابِلَ النَّاسِ، وَ النَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ، فَيَعِظُهُمْ وَ يُوْصِيْهِمْ وَ يَأْمُرُهُمْ. فَإِنْ كَانَ يُرِيْدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ، أَوْ يَأْمُرُ بِشَيْئٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ

Dari Abi Sa'id Al-Khudri RA, ia berkata: "Rasulullah SAW biasa keluar menuju mushalla (tanah lapang/lapangan) pada hari Idul Fitri dan Adha. Hal pertama yang beliau lakukan adalah shalat. Kemudian beliau berpaling menghadap manusia, di mana mereka dalam keadaan duduk di shaf-shaf mereka. Beliau memberi pelajaran, wasiat, dan perintah. Jika beliau ingin mengutus satu utusan, maka (beliau) memutuskannya. Atau bila beliau ingin memerintahkan sesuatu, maka beliau memerintahkannya dan kemudian berpaling ....” (HR. Bukhari 2/259-260, Muslim 3/20, Nasa`i 1/234)

Berdasarkan hadis itu, maka salat Id di tanah lapang hukumnya sunah. Sebab, Rasulullah SAW selalu keluar ke tanah lapang dan meninggalkan masjidnya saat melaksanakan salat Id.

Meski demikian, menunaikan salat Id di masjid lebih utama. Imam As-Syafi'i menyatakan sekiranya masjid tersebut mampu menampung seluruh penduduk di daerah tersebut, maka mereka tidak perlu lagi pergi ke tanah lapang karena salat Id di masjid lebih utama.

Namun, apabila masjid tersebut tak mampu menampung seluruh penduduk, maka tidak dianjurkan untuk melaksanakan salat Id di dalam masjid.

أَنَّهُ إِذَا كاَنَ مَسْجِدُ البَلَدِ وَاسِعاً صَلُّوْا فِيْهِ وَلاَ يَخْرُجُوْنَ.... فَإِذَا حَصَلَ ذَالِكَ فَالمَسْجِدُ أَفْضَلُ

”Jika Masjid di suatu daerah luas (dapat menampung jamaah) maka sebaiknya salat (salat Id) di Masjid dan tidak perlu keluar.... karena shalat di masjid lebih utama”

Dari fatwa Imam As-Syafi'i ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani telah membuat kesimpulan bahwa, salat Id di masjid maupun di lapangan bergantung luas atau sempitnya suatu tempat. Sebab, diharapkan pada Hari Raya Idulfitri maupun Iduladha seluruh masyarakat dapat berkumpul di suatu tempat.

Oleh kerana itu, jika faktor hukumnya (’illatul hukm) adalah agar masyarakat berkumpul (ijtima’), maka shalat Id dapat dilakukan di dalam masjid, maka melakukan shalat Id di dalam masjid lebih utama daripada di tanah lapang.” (Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, jilid 5, h. 283)

Sebenarnya, melaksanakan shalat Id hukumnya sunah, baik di masjid maupun di lapangan. Akan tetapi melaksanakannya di lapangan maupun di masjid tidak menentukan yang lebih afdhal.

Salat di lapangan akan lebih afdhal jika masjid tidak mampu menampung jema’ah. Akan tetapi menyelenggarakan salat Id lebih utama di masjid jika masjid (termasuk serambi dan halamannya) mampu menampung jemaah.

Kembali lagi pada fokus utama dari hukum salat Id adalah menjadi momen berkumpulnya masyarakat untuk merayakan kemenangan, kebahagiaan, dan kebersamaan.

Dari hikmah berkumpulnya kaum muslimin di satu tempat adalah untuk menampakkan kemenangan kaum muslimin; untuk menguatkan keimanan dan memantapkan keyakinan; untuk menyatakan fenomena kegembiraan pada Hari Raya; untuk menyatakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Komentar

Terpopuler