Kamis, 20 November 2025

Moderasi dalam Beragama sebagai Wujud Toleransi

Moderasi dalam beragama (wasathiyah) merupakan prinsip yang dianut dalam Islam untuk menjaga keseimbangan antara aspek spiritual dan sosial.

Dalam konteks Ramadan, moderasi beragama dapat diwujudkan dengan tidak bersikap ekstrem dalam menjalankan ibadah, baik dalam bentuk berlebihan dalam ritual ibadah maupun dalam bersikap kepada orang lain. Firman Allah dalam Alquran menegaskan prinsip keseimbangan ini:

”Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu,” (QS. Al-Baqarah: 143)

Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam dipilih untuk menjadi umat yang adil, yang dapat menjadi saksi atas perbuatan umat manusia. Konsep "umat yang adil" bukan hanya berkaitan dengan keadilan dalam hal hukum atau ibadah, tetapi juga mencakup sikap toleransi.

Sebagai umat yang adil, kita diharapkan mampu menjadi contoh bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan yang harmonis, saling menghormati, dan berbuat baik satu sama lain.

Dalam konteks Ramadan, semangat moderasi ini semakin relevan. Ramadan bukan hanya sekadar bulan untuk meningkatkan ibadah personal, seperti puasa, shalat, dan membaca Alquran, tetapi juga menjadi kesempatan untuk memperkuat solidaritas sosial.

Umat Islam diingatkan untuk tidak hanya berfokus pada diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kondisi sosial di sekitar mereka.

Berbagi dengan sesama, memberi sedekah, menjalin hubungan baik dengan tetangga, serta menjaga kedamaian dalam masyarakat adalah bagian dari penerapan ajaran Islam yang moderat, yang menyeimbangkan antara kewajiban ibadah pribadi dan tanggung jawab sosial.

Ramadan, dengan segala kebaikannya, memberikan peluang untuk memperkuat ikatan sosial antar sesama, terutama dalam masyarakat yang beragam. Misalnya, umat Islam yang menjalankan ibadah puasa dapat berbagi kebahagiaan dan keberkahan dengan sesama, termasuk dengan tetangga yang berbeda agama.

Berbagi tak hanya berupa makanan berbuka puasa, tetapi juga saling menghormati dan mendukung dalam menjalankan ibadah masing-masing.

Dengan begitu, Ramadan menjadi momen yang memperkokoh tali persaudaraan dan kebersamaan, menjadikan umat Islam sebagai saksi dan teladan yang baik dalam menjaga keharmonisan dan memperlihatkan nilai-nilai Islam yang moderat.

Dengan semangat moderasi ini, Ramadan menjadi bulan yang lebih dari sekadar ibadah pribadi; ia juga menjadi wahana untuk menumbuhkan rasa empati, peduli, dan tanggung jawab terhadap sesama, serta menjaga harmoni dalam keberagaman.

Komentar

Terpopuler