
Murianews, Kudus – Kondisi negara Palestina saat ini sungguh memprihatinkan dan memantik perhatian dari banyak pihak. Palestina saat ini sedang mengalami krisis kemanusiaan akibat peperangan.
Akibat konflik ini sudah mengakibatkan ribuan nyawa meninggal dunia maupun terluka. Selain itu, berbagai bangunan termasuk perumahan penduduk dan infrastruktur pokok hancur, yang mengakibatkan ribuan orang harus jadi pengungsi.
Melihat kondisi ini, setiap individu bisa ikut andil dalam mewujudkan perdamaian sesuai kemampuan masing-masing seperti membantu secara moril maupun materiil. Kondisi yang memprihatinkan ini membuat kita harus sadar agar tetap solid mendukung Palestina.
Berikut naskah khotbah Jumat berjudul: ”Dukung Palestina, Rawat Peradaban Manusia”, dilansir dari NU Online.
Khotbah I
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِعَفْوِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبُ وَالسَّيِّئَاتُ، وَبِكَرَمِهِ تُقْبَلُ الْعَطَايَا وَالْعِبَادَاتُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ، الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ، الْمُرْسَلِ إِلَى كَافَّةِ الْمَخْلُوْقِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَذُرِّيَتِهِ الْأَطْهَارِ، وَصَحَابَتِهِ الْأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِالْاِبْتِعَادِ مِنَ الْأَشْرَارِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَمَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى وَاتَّقَى فَقَدْ أَفْلَحَ وَفَازَ، إِنَّ اللهَ لَايُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
Maasyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepada kita, khususnya nikmat iman dan Islam. Selawat dan salam semoga senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw, berserta keluarga dan para sahabatnya.
Selanjutnya, kita harus terus meningkatkan kualitas ketakwaan dan penghambaan kita kepada Allah dengan berbagai hal-hal positif, baik itu ibadah personal maupun ibadah sosial. Kita niatkan seluruh rutinitas kita setiap harinya sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Maasyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,
Dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal di dalam kitab Musnad-nya ada sebuah kisah dari sahabat ’Amr bin ‘Abasah al-Sulami:
قَالَ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ السُّلَمِيِّ: رَغِبْتُ عَنْ آلِهَةِ قَوْمي فِي الْجَاهِلِيَّةِ -فَذكَرَ الْحَدِيْثَ-، قَالَ: فَسَأَلْتُ عَنْهُ فَوَجَدْتُهُ مُسْتَخْفِيًا بِشَأْنِهِ، فَتَلَطَّفْتُ لَهُ حَتَّى دَخَلْتُ عَلَيْهِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَقُلْتُ لَهُ: مَا أَنْتَ؟ فَقَالَ: "نَبِيٌّ"، فَقُلْتُ: وَمَا النَّبِيُّ؟ فَقَالَ: "رَسُولُ اللهِ"، فَقُلْتُ: وَمَنْ أَرْسَلَكَ؟ قَالَ: "اللهُ عَزَّ وَجَلَّ"، قُلْتُ: بِمَاذَا أَرْسَلَكَ؟ فَقَالَ: "بِأَنْ تُوصَلَ الْأَرْحَامُ، وَتُحْقَنَ الدِّمَاءُ، وَتُؤَمَّنَ السُّبُلُ، وَتُكَسَّرَ الْأَوْثَانُ، وَيُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ لَا يُشْرَكُ بِهِ شَيْءٌ "، قُلْتُ: نِعْمَ مَا أَرْسَلَكَ بِهِ، وَأُشْهِدُكَ أَنِّي قَدْ آمَنْتُ بِكَ وَصَدَّقْتُكَ
Artinya: ”Amr bin ‘Abasah al-Sulami berkata: aku tidak menyukai tuhan-tuhan (yang disembah) kaumku pada masa jahiliyah -kemudian dia menceritakan perjumpaannya dengan Nabi-: aku bertanya tentangnya, kemudian aku menemukannya sembari meremehkannya, kemudian aku bersikap ramah terhadapnya sehingga aku diperbolehkan masuk kepadanya, aku pun mengucapkan salam terhadapnya, kemudian aku bertanya: Anda siapa?, dia berkata: ‘aku seorang Nabi’. Aku bertanya lagi: Nabi itu apa?, dia menjawab: ‘utusan Allah’. Aku bertanya: siapa yang mengutus Anda?, dia menjawab: ‘Allah ‘azza wa jalla’. Aku bertanya lagi: dengan apa Dia mengutus Anda?, dia menjawab: dengan (pesan) menyambung tali silaturahmi, melarang membunuh, menjamin keamanan di jalanan, menghancurkan patung berhala, serta menyembah Allah selaku Dzat yang Maha Esa yang tidak boleh disekutukan’. Aku mengatakan: Inilah sebaik-baiknya (Dzat) yang mengutus Anda, dan saksikanlah bahwa aku mengimani Anda dan membenarkan Anda.” (HR. Ahmad)
Jika kita membaca riwayat ini sekilas maka akan tampak biasa-biasa saja. Namun bila kita mencermati lebih dalam, maka akan ditemukan sesuatu yang unik yang bisa dijadikan pelajaran, khususnya pada respon Nabi Muhammad dalam menjawab pertanyaan ’Amr bin ‘Abasah al-Sulami.
Pelajaran yang dapat kita timba dari riwayat tersebut adalah, Nabi mendahulukan kemanusiaan dibandingkan keberagamaan. Mari kita perhatikan sekali lagi saat Nabi ditanya apa pesan yang dikirim Allah kepada beliau, Nabi menjawab dengan menyambung tali silaturahmi, larangan membunuh, jaminan keamanan di jalanan, baru kemudian ekspresi keberagamaan, yaitu membasmi patung berhala dan bertauhid.
Jelas, tiga aspek pertama yang disebut Nabi adalah tentang kemanusiaan. Allah melalui Nabi Muhammad menyuruh agar menyelesaikan dulu hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Setelah itu selesai dilakukan dengan baik dan benar, maka kemudian melangkah pada tahap selanjutnya: menyembah Allah selaku Dzat yang Maha Esa.
Maasyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,
Habib Ali Zainal Abidin al-Jufri di dalam kitabnya, al-Insaniyah qabla al-Tadayun, menegaskan bahwa sudah seyogyanya kita menyadari eksistensi kemanusiaan kita sehingga keberagamaan yang kita lakukan setiap hari menjadi tepat. Sebab sejatinya, keberagamaan dan kemanusiaan berbanding lurus.
Bila sikap kemanusiaannya baik maka keberagamaannya akan baik pula. Dengan begitu sifat-sifat seperti egois, rakus, pencitraan, gila jabatan, dan popularitas akan tercerabut dari dalam diri kita. Menyadari nilai-nilai kemanusiaan meniscayakan kesetaraan antar sesama manusia dengan tanpa mempersoalkan agamanya.
Ketika rasa setara itu tumbuh maka rasa superior dan inferior akan lenyap dari dalam tubuh kita. Itulah yang diajarkan agama kita melalui firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat: 13) Ayat tersebut dengan tegas menyatakan bahwa orang yang memiliki derajat paling tinggi di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Maka dari itu, kita tidak boleh bersikap semena-mena kepada orang lain karena kita mayoritas, misalnya.
Tidak boleh merasa lebih baik karena warna kulit, fisik, kepintaran, finansial, bahkan nasab sekalipun. Sebab jika salah satu saja dari aspek-aspek itu dinilai sebagai sesuatu yang layak dibanggakan, maka akan memunculkan sifat buruk yang berpotensi melukai orang lain. Inilah yang terjadi pada Israel terhadap Palestina. Israel merasa lebih superior dibandingkan Palestina makanya kemudian melakukan teror, pembantaian, dan penjajahan.
Sikap Israel ini setidaknya telah melanggar resolusi PBB pada tanggal 14 Desember 1960, yang dipertegas dan diresmikan oleh Mahkamah Internasional. Dalam keputusan tanggal 21 Juni 1971 disebutkan: ”Dasar hak penentuan nasib diri-sendiri untuk segala bangsa yang terjajah dan cara-cara untuk mengakhiri dengan secepat-cepatnya segala macam bentuk penjajahan, sudah ditegaskan dalam Resolusi 1514 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.”
Maasyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,
Melihat perbuatan Israel terhadap Palestina yang bertentangan dengan hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan, membuat kita harus berkontribusi untuk meringankan penderitaan warga Palestina. Namun karena kita tidak memungkinkan untuk pergi langsung ke sana, maka setidaknya kita melakukan cara lain untuk mencapai tujuan tersebut.
Di antaranya adalah membuat Israel kelimpungan dalam menyokong pendanaan amunisi yang digunakan untuk menjajah yakni dengan boikot. Betapa banyak merek dan produk di sekitar kita yang keuntungannya digunakan untuk mendanai para militer Israel, yang saat ini sedang menjajah Palestina.
Mari kita mengingat ayat yang berbunyi:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Artinya: ”Dan hendaklah kalian saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.” (QS. al-Maidah: 2)
Maasyiral Muslimin jemaah Jumat rahimakumullah,
Membela dan mendukung Palestina merdeka tidak mesti harus karena agamanya sama. Alasan paling mendasarnya adalah karena warga Palestina sama-sama manusia. Maka sudah seyogyanya manusia yang lemah dan menjadi korban, layak dibela dan diberi dukungan. Palestina pantas membangun peradabannya sendiri dengan tanpa intervensi bangsa lain.
Terlebih apa yang dilakukan Israel lebih dari sekedar intervensi, bahkan jauh dari kata manusiawi. Perbuatan Israel bertentangan dengan peradaban manusia modern, yang telah sepakat untuk tidak boleh melakukan penindasan dan teror.
Maka bila kita masih membeli produk-produk yang terafiliasi dengan Israel, maka kita telah membiarkan nilai-nilai kemanusiaan dan peradabannya digerogoti. Oleh karena itu, marilah kita berkontribusi untuk merawat nilai-nilai kemanusiaan yang sangat luhur dan bahkan senafas dengan ajaran agama kita. Dengan terus menyuarakan Free Palestine maka kita sedang berupaya untuk menjaga peradaban manusia agar tetap baik-baik saja.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khotbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ ۰ فَيَاعِبَادَ ﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ. ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ