Rabu, 19 November 2025

Murianews, KudusMuhammadiyah memberikan pandangan terkait perayaan Isra Mikraj di Indonesia yang dipadukan dengan tradisi dan kebudayaan masing-masing masyarakat daerah. Bahkan soal boleh dan tidak bolehnya perayaan isra Mikraj Ini, sudah ada dalam dokumen Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar ke-46) di Yogyakarta tahun 2010 lalu.

Di Indonesia, peringatan Isra Mikraj juga dilakukan dengan berbagai tradisi khas setiap suku atau daerah. Misalnya, Rejeban Peksi Buraq di Yogyakarta, Nganggung di Bangka Belitung, Rejeban di Cirebon, Nyadran, dan tradisi lainnya yang menjadi bagian dari kekayaan budaya dan spiritualitas masyarakat setempat.

Namun, ada pertanyaan yang sering muncul, terutama di kalangan umat Islam yang berpikiran kritis terkait bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap perayaan Isra Mikraj ini.

Melansir dari laman Muhammadiyah.or.id, menurut Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Tri Sundani, ternyata mengikuti pendekatan yang sama dengan perayaan Maulid Nabi, yakni boleh dengan catatan.

Dalam penjelasannya, Agus menyatakan bahwa peringatan Isra Mikraj dalam Muhammadiyah tidak dianggap sebagai bidah karena termasuk dalam ibadah muamalah. Namun, dalam Muhammadiyah, peringatan tersebut tidak diikuti dengan ritual-ritual tertentu.

Sebaliknya, lebih difokuskan pada kegiatan-kegiatan seperti tablig akbar, diskusi keagamaan, bedah buku, dan sebagainya yang bertujuan untuk mengungkap makna dari peristiwa Isra Mikraj tersebut.

Dokumen Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar ke-46) di Yogyakarta tahun 2010 memuat kebijakan PP Muhammadiyah yang menyatakan perlunya melaksanakan pengajian umum dalam memperingati hari besar Islam sesuai dengan tema peristiwa tersebut.

Namun, dalam pelaksanaannya, perayaan Isra Mikraj harus tetap memperhatikan syariat Islam dan tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, Muhammadiyah memandang peringatan Isra Mikraj sebagai momen penting dalam meningkatkan keimanan dan pemahaman keagamaan umat Islam. Perayaan ini menjadi kesempatan untuk lebih mendalami dan merenungkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang penuh hikmah dan teladan bagi umat manusia.

Dalam konteks keberagaman budaya dan spiritualitas, peringatan Isra Mikraj tidak hanya menjadi momentum untuk mempererat ikatan antarumat beragama, tetapi juga menjadi sarana untuk merenungkan makna kehidupan dan meneladani ajaran-ajaran yang terkandung dalam perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW.

Peristiwa Isra Mikraj yang diperkirakan terjadi antara tahun 620-621 Masehi, menyaksikan Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, di Yerusalem, dan kemudian diangkat ke Sidratul Muntaha, titik paling tinggi yang dicapai oleh makhluk ciptaan Allah, untuk menemui Allah.

Komentar