Rabu, 19 November 2025

ALLAH SWT mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Hal ini sebagian sabda Allah dalam Alquran surat Al Anbiya:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

Artinya: ”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” (QS Al Anbiya: 107).

Kehadiran IsIam tidak hanya berlaku untuk masyarakat jazirah Arab maupun bangsa tertentu. Tapi Islam hadir untuk semua umat, dari berbagai suku dan budaya. Islam menyatukan seluruh umat dan mempunyai misi membangkitkan peradaban manusia dengan penuh rahmah, penuh kasih dan sayang. 

Maka sebagai umat IsIam, kita harus mengedepankan cinta kasih. Bisa memberikan tampilan IsIam yang penuh dengan kasih sayang. Bukan IsIam yang menimbulkan kebencian dan permusuhan. Tapi hadirnya IsIam dengan penuh kasih.

Maka konsep ukhuwah dalam Islam harus dijaga. Baik ukhuwah islamiyah (hubungan antara sesama muslim), ukhuwah wathoniyah (hubungan sebangsa, setanah air) dan ukhuwah basariyah (hubungan antar manusia). 

Kita harus mengedepankan bersikap humanis kepada semua makhluk. Ketika ada perbedaan antara umat muslim, maka kita sikapi dengan pendekatan dengan rahmatal lil alamin. Sesuai hadits nabi: 

اختلاف امتي رحمة

Artinya: ”Perbedaan pendapat umatku adalah rahmat,

Misalnya berbedaan menentukan awal puasa Ramadan, berbedaan perayaan Hari Raya Idulfitri, bahkan berbedaan dalam peribadatan, kita harus menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah

Apalagi perbedaan antar umat agama lain. Kita sikapi berbedaan dengan bijak. Kita juga punya konsep at-tawassuth (tengah), at-tawazun (seimbang) dan attasamuh (toleransi) yang mengajarkan untuk memberikan ruang beribadah agama lain. 

Demikian juga ukhuwah basariyah dari berbagai macam suku dan budaya. Dengan penuh peradaban rahmah kita menjadi bersatu dengan kokoh. Maka, ini harus terus digaungkan kembali nilai-nilai peradaban rahmah. 

Islam rahmatal lil alamin, tak hanya untuk umat manusia saja. Tetapi juga untuk makhluk Allah lainnya. IsIam hadir untuk menyejahterakan alam, menjaga alam dari kerusakan. 

Kita dilarang mengeksplorasi alam secara berlebihan. Kita diminta mengedepankan akhlak yang merupakan tampilan ajaran agama yang muncul dalam kegiatan nyata. 

Kita punya konsep akhlaq lil kholiq (kepada pencipta), akhlaq lil insan (kepada manusia) dan akhlaq lil alam (kepada alam). Sehingga alam semesta ini kita manfaat alam untuk kepentingan bersama dan tidak semena-mena. 

Tidak mengeksploitasi alam tanpa mempertimbangkan aspek kebencanaan. Tidak mengeksploitasi alam sesuai nafsu manusia dan tanpa mempertimbangkan kelangsungan hidup alam semesta. 

Kita jaga alam setinggi mungkin untuk kemakmuran bersama. Sehingga alam tidak rusak dan terjadi banjir maupun bencana lainnya. Seperti saat ini. Karena jelas diajarkan dalam IsIam bahwa bencana merupakan ulah manusia. 

ظَهَر الْفَسَادُ فِي ا لْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: ”Telah timbul kerusakan di daratan dan lautan akibat perbuatan tangan manusia. Allah menimpakan pada mereka sebagian akibat perbuatan (dosa) mereka, mudah-mudahan mereka akan kembali (ke jalan yang diridhai Allah SWT),” (QS Ar Ruum: 41) 

Maka ajaran dan misi Islam ini harus dipegang teguh. Konsep rahmatal lil alamin ini menjaga manusia dari melakukan kerusakan alam. (*)

Komentar