Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Di Desa Pulorejo, Kecamatan Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, terdapat sosok yang dikenal sebagai penyebar Islam pada tahun 1650-an, yakni Ki Ageng Jalalain. Tokoh ini diyakini masih keturunan Raden Sahid atau Sunan Kalijaga.

Ki Ageng Jalalain bukan merupakan julukan satu orang, namun sebutan untuk dua orang, bapak dan anak. Jalalain sendiri bermakna dua orang yang mulya.

Ki Ageng Jalalain I bernama Sayyid Al Amin, dan putranya, Ki Ageng Jalalain II yakni Sayyid Sya’roni Fathah. Keduanya diketahui dimakamkan di Dusun Kedaton, Desa Pulorejo.

Di makamnya terdapat dua makam lain yang saling bersisian. Dua makam itu yakni, makam Roro Suryah, istri Ki Ageng Jalalain I dan Dewi Fatimah, istri Ki Ageng Jalalain II.

Di kompleks pesarean atau makam beliau, juga terdampat makam Ki Ageng Asror Asrori. Dia diketahui merupakan panglima perang pada zaman perjuangan Ki Ageng Jalalain.

Juru Kunci Makam Ki Ageng Jalalain, Musruhan (62) mengaku tak mengetahui secara pasti kapan Ki Ageng Jalalain wafat. Hanya, sepengetahuannya, beliau aktif sekitar tahun 1650-an.

”Kalau wafatnya beliau masih belum terang. Tapi masa perjuangan beliau di sekitar tahun 1650,” katanya kepada Murianews.com, Jumat (15/3/2024).

Diceritakan, Ki Ageng Jalalain merupakan penasehat Aryo Damar, salah satu keturunan Raja Majapahit.

Suatu hari, Aryo Damar ingin membangun kerajaan di wilayah yang kini menjadi Desa Pulorejo itu. Namun, keinginannya itu tak mendapat restu dari Kesultanan Demak karena letaknya berdekatan dengan Demak.

Aryo Damar kemudian pergi ke Palembang dan menjadi pemimpin di sana. Ki Ageng Jalalain diminta menetap di Pulorejo. Kemudian, titik yang awalnya akan dibangun kerajaan itu dinamakan Kedaton, yang kini diketahui menjadi nama Dusun setempat.

”Ki Ageng Jalalain dulunya penasehat Aryo Damar, sedangkan Ki Ageng Asror Asrori adalah panglima perang Aryo Damar,” ungkap sosok yang disapa Mbah Rokan itu.

Ki Ageng Jalalain menyebarkan agama Islam dengan cara mengajak zikir, berjanjen, dan amalan-amalan lannya. Selain itu, Ki Ageng Jalalain juga merupakan seorang pengikut Tarekat Qadiriyah.

”Cara menyebarkan Islamnya ya dengan menggelar zikiran, barjanji, dan juga ikut tarekat,” paparnya.

Berdasarkan silsilah yang tertera di makam ini, Ki Ageng Jalalain merupakan keturunan Sunan Ampel dari jalur bapak, dan Raden Sahid atau Sunan Kalijaga dari jalur ibu.

Secara lengkap, silsilahnya dari bapak yakni KRT Wilotikto (Bupati Tuban) – Raden Sahid (Sunan Kalijaga) – Raden Hadi (Panembahan Semarang) – Pangeran Tembayat (Pangeran Abinarungi) – Ki Ageng Jalalain I. 

Sedangkan dari ibu yakni Sunan Ampel – Sunan Giri – Sunan Perjagung – Panembahan Madiun – RM Lontang (Pangeran Ardi Ayu) – Ki Ageng Nglilir – KRT Sura Kerti (Bupati Grobogan) – KRT Yudha Kerti – KRT Suta Yudha – KRT Kerta Yudha (Bupati Grobogan) – Ki Ageng Jalalain II.

Di situ diterangkan, nasab bapak diambil dari buku Pustaka Agung Darah Biru, sedangkan nasab ibu dari silsilah Kraton Ngayogyakarta.

Warga setempat sangat menghormati Ki Ageng Jalalain. Setiap 1 Muharram, selalu digelar acara haul dengan mengundang kiai nasional. Pada haul tahun ini pun, rencananya akan mengundang dai kondang Gus Muwafiq.

Para peziarah tidak hanya warga setempat, namun juga warga luar daerah seperti Kudus, Demak, Semarang, bahkan dari Cirebon Jawa Barat dan Banten.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Terpopuler