Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Bagi masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, nama Sultan Hadlirin diabadikan sebagai seorang wali. Masyarakat meyakini bahwa Sultan Hadlirin lah yang menyebarkan agama Islam di Kota Ukir.

Dari banyak sumber sejarah, Islam masuk ke Jepara sejak era kerajaan. Sebagain besar menyatakan bahwa Islam masuk ke Jepara pada masa Wali Songo.

Dalam buku berjudul ”Lasem: Kota Tua Bernuansa Cina di Jawa Tengah” garapan Handinoto yang terbit tahun 2015,  tercantum laporan Tome Pires yang menyebutkan, pada abad ke-16 dan ke-17, terdapat tempat di pedalaman bernama Kali Nyamat.

Tak jauh dari sana didapati sebuah kapal dari Tiongkok yang karam. Kemudian, kapten kapal tersebut menyiarkan agama Islam dan menikahi seorang putri dari Kerajaan Demak bernama Retna Kencana atau yang di kemudian waktu dijuluki Ratu Kalinyamat.

Kapten itu bernama Sultan Hadirin. Pernikahan itu kemudian membuka jalan lebar bagi penyebaran agama Islam di Jepara dan pesisir utara Jawa.

Kemudian dalam Laporan Hasil Penelitian Empiris Ratu Kalinyamat: Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549-1579 susunan Yayasan Dharma Bhakti Lestari yang terbit tahun 2021, menyebutkan bahwa Islamisasi di pesisir Pantai Utara Jawa dipelopori di antaranya Wali Songo.

Pada abad ke-15, pedagang muslim dari pesisir mulai mengguncang Majapahit. Demak adalah kota pelabuhan pertama yang dibebaskan oleh muslim. Wilayah ini merupakan lumbung beras dan memiliki pelabuhan di Jepara.

Sebagai pelabuhan utama Kerajaan Demak, Jepara menjadi episentrum ekspor beras serta komoditas lainnya. Muslim keturunan Jawa-China (Raden Patah) memerintah Kesultanan Demak yang kemudian dilanjutkan oleh anak dan cucunya.

Islamisasi Demak kemudian berlanjut ke daerah lain. Sehingga pada awal abad ke-16, bagian tengah pesisir Utara Jawa. Dari Sunda hingga Surabaya telah memeluk Islam.

Posisi Jepara sebagai bandar pelabuhan besar sangat strategis dalam bidak catur geopolitik. Pada 1565, di bawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat, Jepara berkoalisi dalam aliansi muslim anti-Portugis di Samudra Hindia.

Aliansi itu terdiri dari Turki, Kesultanan Kozhikode (Kalkut), Chaul, Aceh dan Jepara. Kekuatan Islam itu kemudian dijadikan motor untuk menggempur Portugis. Baik di Malaka maupun di wilayah Ambon.

Jejak Islam di Jepara dibuktikan salah satunya dengan adanya peninggalan Masjid Mantingan. Di Masjid itu terdapat berbagai ornamen yang menunjukkan akulutarasi dari berbagai budaya era kerajaan masa lalu.

Masjid Mantingan menjadi symbol otentik peninggalan penyebaran Islam era Sultan Hadlirin. Akulturasi budaya terlihat pada ornament-ornamen yang terpasang pada tembok. Kolaborasi ornamen khas China, Hindu dan Islam membuktikan bahwa Islam yang disebarkan Sultan Hadlirin bernapas kesejukan dan kedamaian. Yaitu Islam yang membawa rahmat kepada seluruh alam.

Editor: Supriyadi

Komentar