Ini Lima Pemberian Allah kepada Umat Nabi Muhammad di Bulan Ramadan
Dani Agus
Sabtu, 25 Maret 2023 21:13:46
Bulan suci Ramadan merupakan sebuah momentum penting bagi umat muslim. Pada bulan ini, semua orang berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan dan beribadah kepada Allah SWT.
Ibadah yang menjadi rukun Islam ketiga ini memiliki sejumlah keutamaan. Ramadan memang memberikan nuansa berbeda dibandingkan bulan lain, sebagaimana Allah SWT juga memberikan perlakuan istimewa kepada umat Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Ini Durasi Puasa Ramadan di Berbagai Negara dan Tips Menjalani Ibadah biar Lancar
Sebagaimana dilansir dari laman NU Online Jatim, Sabtu (25/3/2023), umat Nabi Muhammad merupakan umat yang dimuliakan Allah. Meskipun, mereka adalah umat akhir zaman, umat yang paling mendekati hari kiamat. Allah mengistimewakan umat Nabi Muhammad dengan nikmat-nikmat yang agung dan pemberian yang mulia.
Bahkan, sebagian pemberian Allah berikan secara khusus hanya kepada umat ini, tidak kepada umat sebelumnya. Setidaknya ada lima pemberian Allah pada umat Nabi Muhammad yang tidak Allah berikan pada umat sebelumnya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berdabda:
أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌ قَبْلِي: أَمَّا وَاحِدَةٌ، فَإِنَّهُ اِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا. وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يَمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ. وَأَمَّا الثَّالِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. وَأَمَّا الرَّابِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا اِسْتَعِدِّيْ وَتَزَيِّنِي لِعِبَادِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِحُوْا مِنْ تَعْبِ الدُّنْيَا إِلَى دَارِيْ وَكَرَامَتِي. وَأَمَّا الخَامِسَةُ: فَإِذَا كاَنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: «لَا، أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ إِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَفُّوُا أُجُوْرَهُمْ».
Artinya: ”Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadan, lima pemberian yang belum pernah diberikan kepada nabi sebelumku yaitu: Pertama, pada awal bulan Ramadan, Allah SWT melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. Kedua, bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik dari bau minyak misik (kasturi).
Ketiga, para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. Keempat, Allah memerintahkan (penjaga) surga-Nya, Allah berkata kepadanya: Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju tempat-Ku dan kemuliaan-Ku.
Kelima, pada akhir malam bulan Ramadan Allah mengampuni dosa-dosa mereka semuanya. Seorang sahabat bertanya: Apakah itu lailatul qadar wahai Rasulullah? Nabi menjawab: Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya. (HR al-Baihaqi).
Syekh Abil Fadl al-Ghumari memberikan penjelasan lebih lanjut dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadan terkait hadits di atas. Beliau menjelaskan, yang dimaksud pada pemberian pertama adalah, Allah melihat umat Nabi Muhammad dengan pendangan penuh perhatian dan rahmat, sehingga orang yang dilihat oleh Allah dengan pandangan tersebut tidak akan disiksa selamanya disebabkan rahmat Allah kepadanya.
Adapun yang dimaksud ”mulut orang berpuasa lebih baik dari bau minyak misik” ialah, dengan puasa oleh Allah akan diberikan pahala, sehingga dengan pahala tersebut bau orang berpuasa akan melebihi harumnya minyak misik. Atau bisa juga diartikan bahwa orang berpuasa akan mendapatkan pahala melebihi orang yang menggunakan minyak misik.
Dengan dua penjelasan di atas, Imam asy-Syafii menghukumi makruh melakukan siwak setelah tergelincirnya matahari (dhuhur), karena siwak bisa menghilangkan bau mulut orang berpuasa, sementara bau mulut orang puasa lebih baik dari minyak misik.
Kemudian, yang dimaksud ”para malaikat memohon ampunan” ialah sebagaimana ganti atas kekeliruan malaikat. Kekeliruan itu disebabkan sanggahan malaikat kepada Allah ketika hendak menciptakan manusia.
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
Artinya: ”Mereka (malaikat) berkata, apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? (QS al-Baqarah: 30).Dengan kejadian tersebut, Allah memerintah para malaikat untuk memohon ampunan untuk menutupi kekeliruan tersebut. Namun, yang terpenting adalah bahwa para malaikat memohon ampunan untuk Nabi Muhammad merupakan sebuah kenikmatan luar bisa yang tidak Allah berikan pada selain umat Nabi Muhammad.Selanjutnya, yang dimaksud pemberian Allah keempat ialah, surga sudah mempersiapkan dirinya dengan penuh kenyamanan dan kenikmatan selama bulan puasa untuk orang-orang yang berpuasa. Sedangkan yang dimaksud bahwa Allah mengampuni dosa umat Islam pada malam akhir Ramadan ialah Allah akan mengampuni dosa umat Nabi Muhammad ketika selesai melakukannya pada akhir bulan Ramadan, dan sama-sama melakukan takbir kepada Allah atas nikmat yang Allah berikan nerupa nikmat bisa melakukan puasa dan ibadah lainnya.Dalam sebuah keterangan juga disebutkan, bahwa pada malam tersebut dikenal dengan istilah malam kebolehan (lailatul jaizah), karena keesokan harinya, Allah memberikan kebebasan perihal makanan untuk umat Nabi Muhammad, serta Allah berikan ampunan dan ridha-Nya kepada umat Nabi Muhammad.Pada akhir penjelasan dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadan, menurut Syekh Abil Fadl al-Ghumari pemberian Allah kepada umat Nabi Muhammad secara khusus tidak hanya 5 pemberian di atas, karena masih banyak pemberian Allah selain yang telah disebutkan, juga hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad.Di antaranya adalah pertama, menyelamatkan manusia dari neraka setiap buka puasa. Pemberian ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits. Rasulullah bersabda:لِلّٰهِ عِنْدَ كُلِّ فِطْرٍ عِتْقَاءُ
Artinya: ”Bagi Allah dalam setiap buka puasa terdapat penyelamatan (dari api neraka).” (HR al-Baihaqi).Hanya saja, ada syarat yang harus dipenuhi bagi orang puasa agar bisa mendapatkan jaminan kebebasan dari api neraka ketika buka puasa, yaitu tidak boleh buka puasa dengan sesuatu yang haram, karena orang yang buka puasa dengan makanan haram tidak akan mendapatkan jaminan selamat dari neraka. Kedua, dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka, serta dibelenggunya setan. Ketiga, diterimanya doa. Pemberian ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits. Rasulullah bersabda:اِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ مَا تُرَدُّ
Artinya: ”Sesungguhnya orang berpuasa memiliki doa yang tidak ditolak ketika buka puasa.” (HR al-Baihaqi).Penjelasan di atas sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abil Fadl al-Ghumari dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadan, halaman 23-24.


